“Strategi Laut: Kapal Jong, Armada Pinisi, dan Serangan Kilat Pelabuhan dalam Perang Kerajaan Nusantara”, sebagai bagian dari strategi militer maritim Nusantara:
Sebagai wilayah kepulauan, Nusantara tidak bisa dipisahkan dari laut — bukan hanya sebagai jalur niaga, tetapi juga medan tempur strategis. Kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Majapahit, Demak, Gowa, Aceh, Ternate, dan Tidore mengembangkan strategi perang laut yang sangat adaptif: dari armada besar kapal jong, manuver cepat kapal pinisi, hingga serangan mendadak ke pelabuhan musuh.
Kapal Jong: Armada Raksasa Majapahit & Sriwijaya
A. Karakteristik Kapal Jong
Aspek |
Keterangan |
Ukuran |
Panjang 30–60 meter, tinggi 2–4 geladak |
Muatan |
200–500 orang per kapal + senjata & logistik |
Material |
Kayu jati, ulin, atau meranti merah |
Senjata onboard |
Cetbang (meriam kecil), panah api, pasukan panjat |
B. Fungsi Strategis
- Kapal komando utama dalam ekspedisi lintas pulau
- Digunakan dalam ekspedisi Pamalayu (1275) dan ekspansi Majapahit ke Nusantara Timur
- Menjadi benteng terapung: dapat menyerang & bertahan
C. Taktik Tempur Kapal Jong
Taktik |
Penjelasan |
Formasi kipas (kipas laut) |
Jong besar di tengah, kapal kecil di sayap |
Tembakan cetbang bertubi |
Menghantam kapal musuh dari jarak menengah |
Serangan boarding |
Pasukan naik ke kapal musuh dan bertarung jarak dekat |
Armada Pinisi: Kapal Cepat dan Manuver Lincah
A. Karakteristik Kapal Pinisi
Aspek |
Keterangan |
Ukuran |
10–25 meter, 2 tiang layar |
Kru |
10–20 orang per kapal |
Kecepatan |
Tinggi, dapat bermanuver di teluk & selat sempit |
Asal |
Bugis-Makassar, Toraja, Mandar |
B. Fungsi dalam Perang
- Pengintaian armada musuh dan sabotase
- Pengiriman senjata dan logistik cepat
- Kapal pencegat di selat dan perairan sempit
- Menyusup ke pelabuhan musuh untuk spionase atau pembakaran dermaga
C. Taktik Perang Laut Bugis-Pinisi
Taktik |
Penjelasan |
Serangan malam hari |
Menyerang pelabuhan atau kapal yang berlabuh |
Pembakaran gudang dermaga |
Menghancurkan suplai dan kapal musuh |
Taktik kabut & pantai |
Sembunyi di balik pulau/karang lalu menyerang tiba-tiba |
Serangan Kilat ke Pelabuhan Musuh
A. Tujuan Utama
- Melumpuhkan pusat ekonomi dan logistik musuh
- Menghancurkan kapal dan peralatan perang sebelum digunakan
- Mengirim pesan intimidasi kepada kerajaan musuh
B. Tahapan Serangan Kilat
- Penyamaran: kapal penyusup menyaru sebagai pedagang
- Pendaratan cepat: di malam hari atau saat pelabuhan kosong
- Pembakaran dan perampasan: gudang logistik, kapal dagang, pusat senjata
- Kabur cepat sebelum bala bantuan tiba
C. Contoh Nyata
- Serangan Aceh ke Johor dan Malaka (1570-an): memanfaatkan kapal cepat dan pembakaran dermaga
- Ekspedisi laut Gowa-Tallo ke Flores dan Nusa Tenggara: menghancurkan pelabuhan lawan dalam semalam
- Majapahit vs Bali: kapal jong Majapahit menyerang pelabuhan Kubutambahan dan memblokade Buleleng
Formasi dan Koordinasi Armada Laut
Formasi |
Fungsi |
Formasi tombak (wedge) |
Kapal besar di depan, menyobek pertahanan musuh |
Formasi sayap mengepung |
Pinisi dan kelulus bergerak ke kiri dan kanan lalu menjepit |
Formasi tali air |
Armada bergerak sejajar di selat sempit |
Formasi cincin |
Kapal mengepung satu target besar secara serempak |
Senjata Laut & Dukungan Perang
Senjata / Alat |
Fungsi |
Cetbang (meriam kecil) |
Menembak dari kapal ke kapal atau ke pantai |
Panah api dan tombak panjang |
Serangan jarak dekat saat boarding |
Jangkar logam |
Digunakan untuk menyeret kapal lawan |
Jala perang |
Menjebak awak kapal musuh atau menjatuhkan dari geladak |
Aliansi Laut dan Penguasaan Selat Strategis
- Orang Laut (Sriwijaya, Melayu Riau):
- Pemandu jalur laut dan penyabotase musuh
- Kerajaan penguasa selat:
- Sriwijaya (Selat Malaka)
- Ternate-Tidore (Laut Banda)
- Gowa (Selat Makassar)
- Menguasai selat = menguasai jalur rempah dan logistik perang
Strategi laut dalam kerajaan Nusantara adalah seni perang yang menggabungkan teknologi, kecepatan, dan siasat.
Mulai dari kapal jong raksasa sebagai benteng apung, pinisi lincah sebagai pelaksana taktik kilat, hingga serangan pelabuhan sebagai pukulan telak ekonomi musuh, semua menunjukkan bahwa kerajaan maritim Nusantara memiliki kecanggihan manuver laut yang setara kekuatan besar dunia.