RINGKASAN EKSEKUTIF

Tujuan Utama

Buku Nusalogi disusun dengan tujuan strategis: merekonstruksi, mendokumentasikan, dan menyajikan kembali warisan ilmu pengetahuan Nusantara secara sistematis, ilmiah, dan lintas zaman. Sebagai ensiklopedia multidisipliner, Nusalogi bertujuan:

  • Menegaskan posisi Indonesia sebagai pusat peradaban kepulauan yang memiliki sistem pengetahuan sendiri.
  • Mengintegrasikan pengetahuan lokal dengan perspektif keilmuan modern untuk membangun model pembangunan berakar budaya.
  • Menyediakan rujukan komprehensif bagi dunia akademik, pembuat kebijakan, dan generasi muda dalam memahami sejarah dan masa depan pengetahuan Indonesia.

Metode Multidisipliner

Penulisan Nusalogi menggunakan pendekatan lintas-ilmu dan lintas-metode, dengan kombinasi antara riset tekstual, lapangan, dan interpretasi kritis. Pendekatan ini mencakup:

  • Arkeologi dan Paleografi: untuk menelusuri artefak, situs, dan naskah kuno.
  • Sejarah dan Historiografi: untuk membangun narasi kronologis berdasarkan data arsip, prasasti, dan sumber kolonial maupun lokal.
  • Antropologi-Etnografi: untuk menangkap dinamika kearifan lokal, sistem sosial, dan pengetahuan lisan.
  • Ilmu Lingkungan dan Teknologi Tradisional: untuk menganalisis praktik pertanian, perairan, dan arsitektur tradisional secara ilmiah.
  • Studi Strategis dan Geopolitik: untuk membaca relevansi masa lalu dengan tantangan kontemporer.

Penggunaan metode ini memungkinkan penulisan Nusalogi menjadi sintesis antara warisan budaya dan ilmu kontemporer—sebuah jembatan antara akar dan arah bangsa.

Temuan Penting

  • Keragaman Epistemik Nusantara: Nusantara tidak hanya kaya secara hayati dan geografis, tetapi juga memiliki struktur pengetahuan lokal yang kompleks, mencakup ekologi, spiritualitas, astronomi, teknologi kelautan, dan sistem sosial adat.
  • Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Kekuatan Politik dan Budaya: Dari Sriwijaya hingga Majapahit, dari Aceh hingga Ternate, pengetahuan digunakan untuk membangun kekuatan maritim, mengelola sumber daya, serta menyatukan masyarakat melalui hukum adat dan filsafat lokal.
  • Perlawanan terhadap Kolonialisme adalah juga Perlawanan Intelektual: Dari perang Diponegoro hingga revolusi 1945, perjuangan rakyat Indonesia bukan hanya militeristik, tetapi juga berbasis pada upaya mempertahankan dan menegaskan cara berpikir yang berbeda dari hegemoni kolonial.
  • Kontinuitas dan Adaptasi Ilmu Tradisional dalam Era Modern: Banyak prinsip sains lokal (seperti pertanian berbasis pranata mangsa, arsitektur ekologis, atau manajemen kolektif) masih relevan dalam menghadapi krisis ekologi, teknologi, dan identitas di abad ke-21.

Rekomendasi Kebijakan

  1. Pemetaan dan Digitalisasi Pengetahuan Lokal: Pemerintah dan lembaga riset perlu menginisiasi proyek digitalisasi manuskrip, pemetaan etnografis, dan sistem dokumentasi kearifan lokal secara nasional.
  2. Integrasi Kurikulum Berbasis Nusalogi: Pendidikan dasar dan tinggi harus mulai mengintegrasikan materi sejarah, ilmu lingkungan, arsitektur, dan budaya lokal berbasis Nusalogi dalam kurikulum nasional.
  3. Pembentukan Pusat Studi dan Museum Pengetahuan Nusantara: Perlu dibentuk institusi permanen untuk riset, kurasi, dan edukasi publik yang menjembatani pengetahuan tradisional dan modern Indonesia.
  4. Diplomasi Budaya dan Pengetahuan: Nusalogi dapat menjadi landasan dalam strategi diplomasi budaya Indonesia, termasuk branding peradaban Nusantara dalam forum internasional (G20, UNESCO, ASEAN).
  5. Revitalisasi Ilmu Lokal dalam Inovasi Teknologi Hijau: Banyak prinsip ekologi dan sosial Nusantara dapat diadopsi dalam pengembangan teknologi hijau, smart farming, arsitektur tropis, dan energi terbarukan berbasis komunitas.

Dengan merangkum lintas zaman, lintas ilmu, dan lintas budaya, Nusalogi adalah batu loncatan menuju Indonesia yang tidak hanya merdeka secara politik, tetapi juga berdaulat dalam ilmu pengetahuan.