“Pewaris Sriwijaya dan Titik Temu Minangkabau, Melayu, dan Jawa”
Dari Runtuhnya Sriwijaya ke Lahirnya Dharmasraya
Sejarah Nusantara tidak pernah berjalan dalam kekosongan. Ketika Sriwijaya, kerajaan maritim agung dari Palembang, memasuki masa senja akibat serangan dari Chola (India Selatan, 1025 M) dan melemahnya hegemoni atas Selat Malaka, muncul kekuatan baru di pedalaman Sumatra bagian barat: Kerajaan Dharmasraya.
Nama Dharmasraya disebut secara eksplisit dalam Prasasti Padang Roco (1286 M) yang ditemukan di Sumatra Barat. Dalam prasasti ini, disebutkan bahwa raja dari Jawa, yakni Kertanegara dari Singhasari, mengirim Arca Amoghapasa kepada penguasa Dharmasraya bernama Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa.
Peristiwa ini bukan hanya hadiah diplomatik, tetapi juga simbol restu politik dan ikatan dinasti antara Jawa dan Melayu. Dengan demikian, Dharmasraya tidak hanya berperan sebagai pewaris Sriwijaya, tetapi juga sebagai jembatan antara budaya Melayu, Minangkabau, dan Jawa.
Asal-Usul dan Warisan Sriwijaya
1. Runtuhnya Sriwijaya: Kekosongan Kekuasaan di Selat Malaka
Pada abad ke-11, Sriwijaya yang sebelumnya menjadi kekuatan maritim utama Asia Tenggara mengalami kemunduran signifikan:
- Serangan Raja Rajendra Chola I dari India Selatan (1025 M) menghancurkan pusat kekuasaan Sriwijaya di Palembang.
- Jaringan dagang dan pengaruh Sriwijaya melemah akibat persaingan regional dari Kerajaan Tambralinga, Champa, dan Tiongkok.
- Banyak pusat Sriwijaya terpecah menjadi entitas lokal yang otonom.
Dalam kekosongan inilah, wilayah Sumatra bagian barat—khususnya daerah aliran Sungai Batanghari dan hulu Sungai Indragiri—muncul sebagai basis baru kekuasaan. Inilah cikal bakal Dharmasraya, yang diyakini merupakan kelanjutan dinasti Mauliwarmadewa, penguasa Sriwijaya akhir.
2. Perpindahan Pusat Kekuasaan
Menurut para arkeolog dan sejarawan, pusat Sriwijaya berpindah dari Palembang ke pedalaman Minangkabau, demi menghindari serangan dan untuk mengendalikan jalur emas (emas Sumatra Barat menjadi komoditas penting saat itu). Dharmasraya muncul sebagai pusat baru politik dan spiritual Melayu.
Dinasti Mauliwarmadewa dan Prasasti Padang Roco
1. Isi dan Makna Prasasti Padang Roco (1286)
Prasasti ini berbahasa Sansekerta dan ditulis dalam huruf Kawi. Isinya menyebut pengiriman arca Amoghapasa oleh Kertanegara dari Singhasari kepada Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Dharmasraya.
Makna penting:
- Legitimasi kekuasaan: Pengiriman arca disertai dengan 20 pejabat tinggi dari Jawa untuk mengatur upacara peresmian.
- Aliansi politik: Singhasari menginginkan Dharmasraya sebagai sekutu atau vasal dalam menghadapi ancaman Tiongkok dan kerajaan-kerajaan lain di Sumatra.
- Afiliasi keagamaan: Amoghapasa adalah manifestasi Buddha Avalokitesvara; ini menunjukkan pengaruh Vajrayana di Sumatra Barat.
2. Silsilah Mauliwarmadewa
Dinasti ini diyakini sebagai kelanjutan dari Sriwijaya:
- Nama “Mauliwarmadewa” juga ditemukan pada Prasasti Grahi (1183 M) di Chaiya, Thailand Selatan.
- Tribhuwanaraja diperkirakan adalah keturunan langsung raja-raja Sriwijaya, menjadikan Dharmasraya sebagai kerajaan transisi yang melanjutkan kejayaan Sriwijaya dalam format baru.
Letak Geografis dan Keunggulan Strategis
Dharmasraya terletak di sepanjang:
- Sungai Batanghari (Sumatra Barat dan Jambi).
- Dekat jalur emas, hulu sungai kaya sumber daya.
- Menjadi penghubung penting antara pedalaman Minangkabau dan pelabuhan-pelabuhan pesisir seperti Muara Sabak dan Jambi Lama.
Wilayah ini ideal untuk:
- Pertahanan dari serangan laut.
- Pengumpulan komoditas dagang: emas, kapur barus, gaharu, rotan, dan damar.
- Kontrol lintas-jalur budaya antara budaya Melayu dan proto-Minangkabau.
Ekonomi dan Perdagangan
Dharmasraya mengendalikan jaringan perdagangan regional:
- Terlibat dalam ekspor emas Sumatra, yang dicari oleh pedagang dari India dan Tiongkok.
- Menghubungkan jalur laut Barat (Samudra Hindia) dan timur (Laut Cina Selatan) lewat sistem sungai besar.
- Bukti menunjukkan hubungan dengan pelabuhan-pelabuhan luar: Lambri, Barus, Tamiang, serta Malaka.
Kegiatan ekonomi juga didukung oleh:
- Sistem pertanian di sepanjang sungai.
- Perdagangan lintas-sungai menggunakan perahu datar dan tongkang bambu.
Keagamaan dan Budaya
1. Agama Buddha Vajrayana
Pengaruh arca Amoghapasa menandakan bentuk Buddhisme Tantrik:
- Kepercayaan ini bercampur dengan unsur animisme lokal dan tradisi Hindu-Siwa.
- Banyak arca dan candi kecil ditemukan di Sumatra Barat, seperti:
- Candi Pulau Sawah
- Arca Amoghapasa (disimpan di Museum Nasional)
- Candi Muaro Jambi (mungkin digunakan oleh pelajar dan bhiksu dari wilayah Dharmasraya)
2. Bahasa dan Aksara
Bahasa resmi adalah Sansekerta, digunakan dalam prasasti dan upacara.
Aksara yang digunakan adalah Kawi dan Pallawa, menunjukkan kesinambungan budaya Sriwijaya-Jawa.
Hubungan dengan Jawa dan Singhasari–Majapahit
1. Dharmasraya Sebagai Sekutu Strategis
Selama masa Kertanegara, Singhasari menjalin hubungan diplomatik aktif:
- Dharmasraya menjadi bagian dari ekspedisi Pamalayu (1275–1293 M).
- Menjadi pelabuhan darurat bagi pasukan Jawa dalam memperluas kekuasaan hingga Malaka.
2. Masa Adityawarman: Integrasi ke Majapahit
Setelah Singhasari runtuh, Majapahit meneruskan pengaruh atas Sumatra.
Adityawarman, putra keturunan Minangkabau dan Jawa, diutus ke Sumatra sebagai raja vasal Majapahit:
- Ia memerintah dari Pagaruyung, melanjutkan tradisi Dharmasraya.
- Banyak prasasti ditemukan atas namanya, seperti Prasasti Kuburajo, Prasasti Bukit Gombak, dan Batu Sangkar.
Adityawarman adalah penghubung resmi antara Dharmasraya dan Majapahit.
Masa Kejayaan Kerajaan Dharmasraya
“Ketika Minangkabau Menjadi Pusat Budaya, Emas, dan Diplomasi Nusantara”
Latar Politik: Masa Stabilitas dan Aliansi Strategis
Kerajaan Dharmasraya mencapai masa kejayaannya pada paruh kedua abad ke-13, terutama saat dipimpin oleh raja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, dan kemudian dilanjutkan oleh Adityawarman.
Faktor utama kejayaan:
- Aliansi dengan Singhasari (Jawa Timur)
Melalui pengiriman Arca Amoghapasa dari Kertanegara (1286 M), Dharmasraya menjadi:- Sekutu resmi Singhasari dalam proyek perluasan pengaruh ke Sumatra.
- Pusat logistik dan budaya Buddha di bagian barat Nusantara.
- Wilayah pelindung dagang di jalur barat Sumatra menuju Malaka.
- Penerus Legitimasi Sriwijaya
Karena melemahnya Palembang dan pusat-pusat maritim lain, Dharmasraya:- Mengambil alih peran spiritual Sriwijaya.
- Menjadi otoritas keagamaan dan administratif bagi daerah pedalaman Sumatra.
- Memiliki silsilah raja yang diklaim sebagai kelanjutan Dinasti Sriwijaya–Mauliwarmadewa.
Ekonomi Emas dan Sungai Batanghari
- Kontrol atas Jalur Emas Minangkabau
Wilayah Dharmasraya berada di hulu sungai-sungai penghasil emas, seperti:- Batanghari
- Ombilin
- Indragiri
Emas ini menjadi komoditas utama:
- Untuk pertukaran internasional (India–Tiongkok).
- Untuk keperluan ritual keagamaan Buddha Vajrayana (arca, perhiasan, daun emas).
- Jalur Sungai sebagai Infrastruktur Ekonomi
- Sungai Batanghari digunakan untuk mengangkut barang dagangan hingga ke pesisir timur (Muara Sabak, Jambi).
- Sistem perdagangan dikendalikan oleh elite-elite lokal dan pedagang Minang awal, yang menjalankan sistem barter dan pajak sungai.
Budaya dan Keagamaan
- Pusat Keagamaan Buddha Tantrayana
Pada masa kejayaan, Dharmasraya dikenal sebagai pusat penyebaran ajaran:- Amoghapasa (sejenis Avalokitesvara) sebagai pelindung kerajaan.
- Dibuktikan oleh arca granit tinggi yang dipuja sebagai manifestasi kebijaksanaan dan welas asih.
- Menjadi pusat belajar dan ziarah, termasuk oleh bhiksu dari Jawa, India, dan Tiongkok.
- Produksi Prasasti dan Karya Epigrafi
Banyak prasasti menggunakan bahasa Sansekerta dan aksara Kawi:- Prasasti Padang Roco (1286 M)
- Prasasti Kuburajo, Bukit Gombak, Saruaso (pada masa Adityawarman)
- Ini mencerminkan kemajuan literasi dan otoritas keagamaan.
Adityawarman dan Ekspansi Dharmasraya
Raja Adityawarman (sekitar 1347 M) adalah simbol kejayaan politik dan budaya Dharmasraya:
- Memimpin ekspedisi militer dan diplomasi ke:
- Pesisir timur Sumatra (Jambi, Indragiri)
- Bagian utara Sumatra Tengah
- Hingga ke daerah Tanah Datar dan sekitarnya
- Menyatakan dirinya sebagai Maharajadhiraja (Raja Diraja), menunjukkan ambisi imperium lokal.
- Membangun pustaka, pusat ritual, dan infrastruktur pertahanan.
Interaksi dengan Dunia Luar
- Jaringan Dagang Internasional
Dharmasraya terlibat dalam jaringan maritim dari:- India Selatan (Kalinga, Tamil Nadu)
- Gujarat dan Teluk Persia
- Pelabuhan Tiongkok Selatan (Guangzhou)
Komoditas ekspor: emas, kapur barus, damar, kulit, kain tenun.
- Hubungan Diplomatik Majapahit
Setelah masa Singhasari, Dharmasraya tetap menjadi sekutu strategis Majapahit. Adityawarman adalah:- Utusan dan bangsawan dari Majapahit (putra Aditya Mahayana dan Dara Jingga).
- Menjadi titik balik dalam konsolidasi kekuasaan Jawa atas Sumatra Barat.
Ciri-Ciri Arsitektur dan Teknologi
Pada masa keemasan:
- Pembangunan stupa, arca, dan vihara di daerah pegunungan dan sungai.
- Teknologi pemurnian emas, ukiran batu, dan sistem drainase terlihat maju.
- Arsitektur memiliki kombinasi gaya Jawa Tengah (pengaruh Majapahit) dan lokal Minangkabau.
Pusat Kota dan Struktur Sosial
- Ibukota: Diyakini berada di sekitar wilayah Padang Roco, Dharmasraya Lama, atau Sungai Dareh.
- Struktur Sosial:
- Raja (Mauliwarmadewa atau Adityawarman)
- Brahmana dan Bhiksu (pemuka agama)
- Pedagang, petani, penambang emas
- Elite lokal (Datuk–penghulu)
Simbol Kejayaan: Prasasti dan Arca
- Arca Amoghapasa:
- Tinggi ±4 meter
- Ukiran halus menampilkan wajah-wajah Buddha–Bodhisattva
- Ditemukan di Sungai Batanghari dan kini di Museum Nasional
- Prasasti yang Menjadi Legenda Sejarah Lokal:
- Prasasti Padang Roco sebagai batu penjuru sejarah Dinasti Mauliwarmadewa.
- Digunakan oleh masyarakat Minangkabau sebagai simbol legitimasi asal-muasal peradaban mereka.
Masa kejayaan Kerajaan Dharmasraya menandai babak penting dalam sejarah Sumatra dan Nusantara. Di tengah pergolakan pasca-Sriwijaya dan menjelang ekspansi Majapahit, Dharmasraya hadir sebagai:
- Penjaga budaya Buddha-Vajrayana,
- Penguasa jalur dagang emas Sumatra Barat,
- Simbol sinergi Melayu–Minangkabau–Jawa.
Dengan kombinasi kekayaan sumber daya alam, pengaruh spiritual, dan diplomasi aktif dengan kekuatan Jawa, kerajaan ini mencapai puncaknya sebagai kerajaan pegunungan yang menghubungkan daratan dan lautan dalam lintasan sejarah peradaban Indonesia.
Kemunduran dan Transformasi
1. Fragmentasi Internal
Setelah masa Adityawarman, kerajaan pecah menjadi:
- Kerajaan-kerajaan kecil lokal di Sumatra Barat.
- Pusat kekuasaan berpindah ke Pagaruyung, Jambi, dan Indrapura.
- Perdagangan menurun akibat munculnya pelabuhan-pelabuhan Islam seperti Melaka dan Aceh.
2. Islamisasi dan Integrasi Baru
Mulai abad ke-14–15:
- Islam mulai masuk ke pesisir timur dan selatan Sumatra.
- Kerajaan Melayu dan Jambi mulai menggantikan posisi Dharmasraya.
- Masyarakat Minangkabau perlahan mengadopsi Islam, meskipun tetap mempertahankan adat matrilineal dan hukum adat.
Jejak Warisan dan Relevansi Historis
Dharmasraya mewariskan:
- Identitas Melayu–Minang dalam lanskap sejarah Sumatra.
- Jejak budaya yang menunjukkan kesinambungan Sriwijaya – Dharmasraya – Adityawarman – Pagaruyung.
- Prasasti-prasasti penting yang menjadi sumber utama historiografi Sumatra klasik.
- Integrasi budaya antara Hindu-Buddha, lokal, dan pengaruh Jawa.
Dharmasraya adalah titik temu kekuasaan, budaya, dan spiritualitas Sumatra Barat. Sebagai pewaris Sriwijaya dan penghubung dengan Majapahit, kerajaan ini tidak hanya memainkan peran politik, tetapi juga membentuk identitas kawasan yang kelak dikenal sebagai Minangkabau dan Melayu Daratan.
Dengan ditemukannya Prasasti Padang Roco, serta ekspedisi Adityawarman yang mengakar kuat di bumi Ranah Minang, Dharmasraya tetap dikenang sebagai salah satu pilar utama peradaban klasik Sumatra.