“Galuh: Cikal Bakal Peradaban Priangan dan Fusi Kekuasaan Tatar Sunda”
Lokasi: Priangan Timur (sekarang Ciamis, Banjar, dan sekitarnya)
Periode: 612 – 852 M
Ciri khas: Kerajaan Hindu berbudaya agraris, pusat transisi dari Tarumanagara menuju kebudayaan Sunda, kemudian bergabung ke Kerajaan Sunda
Warisan dari Hulu Cimanuk
Kerajaan Galuh adalah satu dari dua pecahan utama Tarumanagara, muncul pada awal abad ke-7 M di wilayah timur Tatar Sunda. Bersama dengan Kerajaan Sunda, Galuh membentuk dasar peradaban Sunda klasik, sebelum akhirnya melebur dalam penyatuan besar di bawah Pajajaran.
Galuh memiliki ciri khas budaya agraris dan religius, dengan pusat kekuasaan di pedalaman, dekat jalur Sungai Citanduy dan kawasan subur Priangan Timur. Secara historis dan mitologis, Galuh kerap dikaitkan dengan kisah Ciung Wanara, legenda politik dan asal-usul raja-raja Sunda-Galuh.
“Galuh: Cikal Bakal Peradaban Priangan dan Fusi Kekuasaan Tatar Sunda”
Geografi dan Lingkungan Alam Priangan Timur
1. Letak Strategis di Hulu Sungai
Kerajaan Galuh tumbuh di wilayah Priangan Timur, dengan ibu kota di daerah yang kini dikenal sebagai Ciamis. Wilayah ini ditandai oleh:
- Sungai Citanduy sebagai jalur vital perdagangan dan irigasi.
- Pegunungan Galunggung dan Sawal yang subur dan kaya hasil bumi.
- Akses ke pedalaman dan perbatasan timur Tatar Sunda (terhubung dengan Jawa Tengah bagian barat).
Galuh memanfaatkan kekayaan agraris dan posisi daratan tinggi untuk membangun peradaban yang stabil dan relatif aman dari serangan luar.
2. Keunggulan Ekologis
Wilayah Galuh terkenal dengan:
- Iklim sedang dan curah hujan tinggi yang mendukung pertanian.
- Potensi hasil bumi seperti padi, palawija, buah-buahan, dan rempah-rempah.
- Sistem perdesaan yang kuat dan terhubung oleh jalan-jalan tanah serta jalur sungai.
Asal-Usul dan Sumber Sejarah
1. Pemisahan dari Tarumanagara
Menurut Carita Parahyangan dan sumber lisan Sunda, Galuh muncul sebagai hasil pemisahan politik setelah kemunduran Tarumanagara:
- Didirikan oleh Wretikandayun (612 M), menantu Raja Tarusbawa dari Tarumanagara.
- Sebagai bentuk kompromi politik, Tarumanagara memberi wilayah timur (Galuh) kepada Wretikandayun, sementara wilayah barat dikuasai Tarusbawa.
2. Catatan dan Legenda
- Carita Parahyangan dan Wangsakerta menyebut raja-raja Galuh secara silsilah.
- Legenda Ciung Wanara, yang mengisahkan perebutan tahta antara keturunan Galuh dan Sunda, menjadi bagian penting identitas budaya Priangan.
- Prasasti yang menunjukkan jejak kerajaan ini belum ditemukan secara eksplisit, namun artefak dan naskah memperkuat bukti eksistensinya.
Pemerintahan dan Dinasti
1. Dinasti Wretikandayun
Wretikandayun menjadi tokoh sentral awal Galuh. Ia membawa sistem pemerintahan Hindu bercorak lokal:
- Memadukan nilai India dan Sunda.
- Menerapkan sistem kasta secara moderat.
Raja-raja yang dikenal dalam silsilah Galuh meliputi:
- Wretikandayun (pendiri)
- Mandiminyak
- Bratasenawa
- Sanjaya (kemungkinan raja yang juga berkuasa di Mataram Kuno, memulai ekspansi ke Jawa Tengah)
2. Struktur Kekuasaan
- Kerajaan berbasis sistem mandala, dengan daerah bawahan semi-otonom.
- Ada struktur kesatria, brahmana, dan aparat lokal (disebut rakryan atau pangalasan).
- Pemerintahan sangat bergantung pada loyalitas keluarga dan sistem pertalian darah.
Ekonomi Agraris dan Jalur Darat
1. Pertanian dan Kehidupan Rakyat
- Perekonomian berbasis pertanian sawah dengan sistem irigasi tradisional.
- Masyarakat hidup dalam kelompok desa (kabuyutan), dengan struktur sosial yang berbasis pertanian kolektif dan gotong royong.
2. Perdagangan dan Komoditas
- Meski tidak sekuat Sriwijaya secara maritim, Galuh tetap terhubung dengan pelabuhan utara melalui jalur darat ke Cirebon dan ke arah Sungai Citanduy.
- Produk utama: beras, kapas, kayu jati, madu, dan logam lokal.
Agama dan Spiritualitas
1. Hindu Siwa dan Kepercayaan Leluhur
- Kepercayaan utama adalah Hindu Siwaistik, dibuktikan dari pengaruh kosmologi gunung dan sungai.
- Kepercayaan lokal terhadap roh gunung, nenek moyang, dan keramat tetap dipertahankan.
- Kuil dan pemujaan dilakukan di tempat terbuka: batu besar (menhir), gua, dan hutan suci.
2. Peran Agama dalam Pemerintahan
- Para brahmana menjadi penasihat raja dan pemegang ilmu pengetahuan.
- Spiritualitas tidak dipisahkan dari politik: raja disebut sebagai penjelmaan kekuatan kosmis.
- Pemujaan terhadap leluhur kerajaan dijadikan sebagai landasan legitimasi kekuasaan.
Budaya, Bahasa, dan Tradisi Lisan
1. Bahasa Sunda Kuna
- Bahasa utama adalah Sunda Kuna, digunakan dalam komunikasi resmi dan rakyat.
- Bahasa ini menjadi cikal bakal sastra Sunda yang berkembang di masa Pajajaran.
2. Tradisi Lisan dan Kesenian
- Cerita rakyat seperti Ciung Wanara, Sawung Galing, dan Ratu Galuh berkembang dalam bentuk pantun dan kidung.
- Tradisi tembang, kawih, dan angklung bambu sudah berkembang sebagai bentuk hiburan rakyat dan ritual.
Politik dan Hubungan Regional
1. Ketegangan dan Rekonsiliasi dengan Sunda
- Hubungan Galuh dan Sunda kerap naik-turun:
- Awalnya bersaing dalam kekuasaan (abad ke-7–9 M).
- Kemudian mulai menyatu secara dinasti.
- Proses integrasi ini menciptakan gabungan Sunda-Galuh, yang kelak menjadi dasar Kerajaan Pajajaran.
2. Interaksi dengan Jawa Tengah dan Timur
- Galuh pernah menjalin kontak dengan Mataram Kuno, terutama lewat tokoh Sanjaya, yang mungkin berasal dari Galuh sebelum memimpin Medang.
- Jaringan diplomasi masih terbatas pada kerajaan tetangga dan lebih mengandalkan pengaruh keluarga kerajaan.
Kemunduran dan Penyatuan dengan Sunda
1. Faktor Internal
- Fragmentasi elite kekuasaan setelah wafatnya Wretikandayun dan keturunan langsung.
- Ketidakmampuan menjaga stabilitas politik antar kadipaten.
2. Penyatuan dengan Sunda
- Pada abad ke-9, Galuh akhirnya menyatu dengan Kerajaan Sunda di bawah satu mahkota.
- Proses ini ditandai dengan pernikahan dinasti, rekonsiliasi elite, dan pembentukan ibu kota bersama di Pakuan (Bogor).
- Tradisi dan budaya Galuh tetap hidup dalam bentuk bahasa, kesenian, dan sistem pemerintahan lokal.
Warisan Galuh dalam Budaya Sunda
Galuh bukan hanya kerajaan kecil yang kemudian melebur. Ia adalah:
- Pondasi spiritual dan administratif dari kerajaan Sunda klasik.
- Simbol identitas Priangan yang tetap terasa dalam bahasa, budaya, dan adat istiadat hingga kini.
- Pusat asal-usul tokoh legendaris seperti Ciung Wanara, yang menjadi simbol perjuangan, keadilan, dan hak pewarisan dalam budaya Sunda.
Dalam peta sejarah Nusantara, Galuh adalah cermin bahwa kekuasaan tidak selalu berarti ekspansi militer, tetapi juga daya tahan budaya, spiritualitas lokal, dan adaptasi politik dalam fusi sejarah.