Kerajaan Kahuripan (Jawa Timur, 1019 – 1045 M)

“Airlangga dan Kebangkitan Jawa Timur: Dari Kekacauan Menuju Ketertiban”


Era Pemulihan Pasca-Mataram

Kerajaan Kahuripan adalah penerus langsung dari sisa-sisa kekuasaan Mataram Kuno di Jawa Timur, yang hancur akibat pemberontakan dan invasi dari kerajaan-kerajaan lokal serta tekanan eksternal. Tokoh sentral dari kebangkitan ini adalah Airlangga, seorang pangeran berdarah campuran Bali-Jawa yang dikenal sebagai pemimpin reformis, pemersatu, dan pelindung ilmu pengetahuan serta kesusastraan.

Didirikan pada tahun 1019 M, Kahuripan menjadi cikal bakal Dinasti Isyana dan meletakkan dasar bagi kemunculan kerajaan-kerajaan besar berikutnya, seperti Janggala dan Panjalu (Kediri). Dalam waktu yang relatif singkat, kerajaan ini berhasil memulihkan tatanan politik, ekonomi, dan keagamaan di Jawa Timur, serta membangun jaringan dagang maritim yang luas.


Latar Sejarah: Runtuhnya Mataram dan Lahirnya Kahuripan

1. Runtuhnya Medang (Mataram Timur)

Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur (fase Medang) mengalami keruntuhan sekitar tahun 1006 M akibat:

  • Serangan dari Raja Wurawari, penguasa daerah yang memberontak.
  • Kemungkinan kerja sama dengan musuh eksternal dan kerusuhan internal.
  • Ibu kota Watugaluh terbakar, menyebabkan kekacauan politik dan sosial yang meluas.

Dalam kehancuran tersebut, Pangeran Airlangga, yang saat itu masih muda, berhasil melarikan diri ke hutan dan menjalani masa pengasingan bertahun-tahun sebelum bangkit sebagai pemimpin.

2. Kenaikan Airlangga

Airlangga adalah anak dari Udayana, raja Bali dari Dinasti Warmadewa, dan ibunya berasal dari Jawa, diduga keturunan Dinasti Isyana. Ia memiliki legitimasi kuat secara darah, baik dari Bali maupun Jawa.

Tahun 1019 M, Airlangga menyatakan pendirian Kerajaan Kahuripan, sebagai bentuk pemulihan tatanan setelah kehancuran Medang. Ia kemudian menaklukkan wilayah-wilayah yang terpecah dan membentuk kembali jaringan kekuasaan.


Letak dan Wilayah Kekuasaan

1. Lokasi Geografis

Kerajaan Kahuripan berpusat di:

  • Daerah sekitar Sungai Brantas (antara Kediri – Jombang – Mojokerto)
  • Ibu kota awal kemungkinan di Kahuripan (dekat Sidoarjo modern)

Letaknya sangat strategis:

  • Dekat jalur sungai utama untuk transportasi dan irigasi
  • Akses ke pelabuhan pesisir utara dan timur Jawa
  • Dataran subur untuk pertanian dan logistik militer

2. Luas Wilayah

Di masa jayanya, Airlangga berhasil mempersatukan kembali wilayah-wilayah bekas Mataram Timur:

  • Jawa Timur
  • Sebagian Jawa Tengah bagian selatan
  • Bali
  • Wilayah pesisir hingga pelabuhan Hujung Galuh (Surabaya)

Pemerintahan dan Administrasi

1. Model Kepemimpinan

Airlangga dikenal sebagai raja bijak dan reformis. Pemerintahannya bersifat:

  • Sentralistik, namun menghormati otonomi lokal
  • Mengembangkan birokrasi dengan sistem kadipaten dan pangreh praja
  • Menerapkan sistem pembagian desa (wanua) dan tanah sima

2. Rekonstruksi Negara

Untuk memulihkan stabilitas, Airlangga:

  • Membangun kembali sistem irigasi dan jalur transportasi
  • Menata ulang distribusi lahan dan pajak
  • Meningkatkan sistem hukum berdasarkan dharma

Ekonomi, Pertanian, dan Perdagangan

1. Ekonomi Agraris

Kahuripan melanjutkan tradisi pertanian intensif di sepanjang Sungai Brantas:

  • Padi, kelapa, kapas, dan rempah
  • Sistem sawah irigasi dan empang berkembang
  • Dukungan tenaga kerja kolektif dari desa-desa

2. Jalur Perdagangan dan Pelabuhan

Kahuripan menjadi simpul penting dalam perdagangan maritim:

  • Pelabuhan Hujung Galuh (Surabaya) dan Canggu
  • Ekspor: beras, rempah, kayu, gula kelapa, dan garam
  • Perdagangan dengan Champa, Sriwijaya, dan pedagang India-Tionghoa

Agama, Sastra, dan Budaya

1. Agama dan Spiritualitas

  • Dominan: Hindu Siwa, namun Buddhisme juga diakui
  • Airlangga dihormati sebagai pemimpin suci yang menjalankan konsep Raja Dharma
  • Banyak pemujaan pada gunung dan sungai sebagai simbol kosmis

2. Sastra dan Pengembangan Ilmu

Airlangga mendukung perkembangan sastra dan penyalinan kitab suci:

  • Kitab Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa: epos heroik yang menggambarkan kebesaran raja
  • Naskah-naskah lain ditulis dalam bahasa Jawa Kuna dan Sansekerta
  • Pendidikan berkembang di vihara dan mandala kerajaan

Relasi Diplomatik dan Regional

Airlangga menjaga hubungan damai dengan:

  • Sriwijaya, meskipun keduanya bersaing secara ekonomi
  • Kerajaan-kerajaan di Bali dan Lombok, yang kadang menjadi wilayah taklukan
  • Melalui pernikahan politik dan pertukaran budaya, stabilitas kawasan dapat dijaga

Pengabdian Airlangga dan Pemecahan Kerajaan

1. Airlangga Menjadi Resi

Menjelang akhir masa pemerintahannya (±1042 M), Airlangga memilih turun tahta dan menjadi pertapa dengan gelar Resi Gentayu. Ia menyerahkan kekuasaan kepada dua putranya.

2. Pembagian Kerajaan

Kerajaan Kahuripan kemudian dibagi menjadi dua:

  • Janggala (wilayah timur dan pesisir)
  • Panjalu / Kediri (wilayah barat dan pedalaman)

Langkah ini dilakukan untuk mencegah perebutan tahta dan memastikan stabilitas jangka panjang.


Warisan Airlangga dan Kahuripan

Warisan besar Airlangga antara lain:

  • Menyatukan kembali Jawa Timur setelah kehancuran
  • Membangun fondasi Dinasti Isyana yang melahirkan Kediri dan Singhasari
  • Meninggalkan warisan sastra, hukum, dan konsep raja bijak sebagai pelindung rakyat

Berikut adalah penjabaran bagian khusus:


Masa Kejayaan Kerajaan Kahuripan


Konsolidasi Kekuasaan Pasca-Kekacauan

Masa kejayaan Kerajaan Kahuripan bermula dari keberhasilan Airlangga memulihkan Jawa Timur dari kehancuran total pasca-runtuhnya Mataram Kuno. Dalam kurun waktu relatif singkat (1019–1045 M), Airlangga:

  • Menyatukan berbagai wilayah kecil yang saling bersaing dan bermusuhan.
  • Menumpas kekuatan pemberontak dan kelompok separatis.
  • Menetapkan kembali tatanan politik dengan legitimasi kuat sebagai pemimpin yang sah.

Stabilitas yang ia ciptakan adalah fondasi utama kejayaan, karena memungkinkan berkembangnya perdagangan, budaya, dan tata pemerintahan yang efisien.


Reorganisasi Politik dan Pemerintahan

Airlangga menyusun ulang struktur pemerintahan menjadi lebih sistematis:

  • Menetapkan sistem tanah sima (tanah bebas pajak) untuk institusi keagamaan dan loyalis.
  • Mengembangkan hierarki birokrasi di mana pejabat daerah memiliki tanggung jawab administratif dan militer.
  • Menciptakan jaringan desa otonom yang terintegrasi dengan pusat kekuasaan.

Pengaturan ini membuat Kahuripan menjadi kerajaan yang efisien dan tahan gejolak politik internal, meskipun luas wilayahnya belum sebesar Majapahit di kemudian hari.


Kekuatan Ekonomi dan Jaringan Maritim

Masa kejayaan juga ditandai dengan pulihnya:

  • Perdagangan laut melalui pelabuhan Hujung Galuh (cikal bakal Surabaya), yang menghubungkan Kahuripan dengan Sriwijaya, Champa, dan Tiongkok.
  • Produksi komoditas unggulan seperti beras, garam, kayu jati, madu, dan hasil hutan lainnya.
  • Distribusi air dan pengelolaan irigasi di lembah Sungai Brantas, yang menjadikan wilayah ini sangat produktif.

Jalur air dan laut berperan besar dalam memperluas pengaruh ekonomi Kahuripan, menjadikannya pionir kebangkitan ekonomi maritim Jawa Timur.


Pusat Sastra dan Kebudayaan

Masa Airlangga juga menandai renaissance sastra klasik Jawa:

  • Mpu Kanwa menulis Arjunawiwaha, sebuah kakawin monumental yang mengisahkan kepahlawanan sebagai alegori kepemimpinan Airlangga sendiri.
  • Tradisi penyalinan dan pendidikan dalam bahasa Jawa Kuna dan Sansekerta hidup kembali di pusat-pusat keagamaan.
  • Relief dan seni pahat berkembang, terutama dalam candi dan tempat suci lokal meski skala bangunannya lebih kecil dari era Borobudur–Prambanan.

Airlangga mendukung pembauran spiritual Hindu dan Buddha, menjadikan Kahuripan pusat kebudayaan inklusif, tempat filsafat, seni, dan agama berjalan harmonis.


Diplomasi dan Politik Damai

Alih-alih ekspansi militer agresif, Airlangga lebih memilih:

  • Aliansi pernikahan dan hubungan baik dengan Sriwijaya dan Bali.
  • Menjaga perdamaian di Nusantara timur dengan pengakuan otonomi terhadap kerajaan-kerajaan sekutu.

Dengan pendekatan ini, Airlangga menciptakan lingkungan stabil untuk perdagangan dan pertumbuhan budaya, jauh dari perang saudara maupun ancaman eksternal besar.


Penataan Warisan dan Pemecahan Kerajaan

Keputusan besar Airlangga di akhir hayatnya—membagi kerajaan menjadi Janggala dan Panjalu (Kediri)—merupakan langkah berani dan langka:

  • Dilakukan bukan karena kelemahan, tapi justru karena kekuatan dan kejayaan kerajaan yang besar, agar tidak terpecah oleh perebutan tahta setelah kematiannya.
  • Airlangga dianggap berhasil mewariskan sistem pemerintahan, tatanan hukum, dan basis ekonomi yang bisa dilanjutkan anak-anaknya.

Keputusan ini memperpanjang warisan Kahuripan secara politis dan budaya melalui dua kerajaan besar penerusnya.


Jejak Kejayaan Airlangga

Kejayaan Kahuripan bukanlah kejayaan ekspansionis atau militeristik, melainkan:

  • Kejayaan rekonstruksi, dari reruntuhan menjadi peradaban yang teratur.
  • Kejayaan moral dan spiritual, dengan raja yang menolak kekuasaan duniawi di akhir hayatnya demi pertapaan dan kedamaian.
  • Kejayaan budaya, karena meletakkan fondasi sastra dan hukum Jawa Timur yang bertahan hingga era Kediri dan Singhasari.

Airlangga adalah simbol raja ideal Nusantara, dan Kahuripan adalah kerajaan pembentuk fase kebangkitan klasik Jawa Timur.

Kahuripan sebagai Titik Balik Sejarah

Kerajaan Kahuripan, meski hanya bertahan sekitar 25 tahun, menjadi penyambung era klasik Nusantara:

  • Dari kehancuran Mataram menuju era kebangkitan baru
  • Dari ketidakstabilan menuju rekonstruksi spiritual dan administratif
  • Dari pusat agraria menjadi awal kekuatan maritim Jawa Timur

Airlangga dikenang sebagai salah satu raja terbesar Nusantara, yang mengedepankan harmoni, keadilan, dan visi jangka panjang.

About administrator