“Negeri Toleransi di Tanah Jawa: Kepemimpinan Ratu Shima dan Cahaya Dharma”
Lokasi: Pesisir utara Jawa Tengah (Jepara, Pekalongan, Batang)
Periode: Sekitar abad ke-6 hingga ke-8 Masehi
Tokoh penting: Ratu Shima
Ciri khas: Toleransi agama, hukum yang keras terhadap korupsi, pengaruh Hindu-Buddha dan lokal
Munculnya Cahaya di Jawa Tengah
Kerajaan Kalingga adalah salah satu kerajaan klasik tertua di pulau Jawa, dan dikenal luas dalam sejarah Nusantara karena pemerintahan adil dan toleran yang dipimpin oleh Ratu Shima, seorang penguasa perempuan legendaris. Letaknya yang strategis di pesisir utara Jawa Tengah menjadikan Kalingga sebagai pusat perdagangan, spiritualitas, dan transmisi budaya dari India, Tiongkok, dan kawasan Melayu.
Ratu Shima dikenal sebagai pemimpin tegas, terutama dalam menjunjung tinggi keadilan dan etika publik. Di bawah pemerintahannya, Kalingga berkembang sebagai negeri damai, terbuka terhadap pengaruh Hindu dan Buddha, serta memberikan ruang bagi pertumbuhan sistem hukum dan etika politik yang berakar pada dharma.
Letak Geografis dan Lingkungan Strategis
1. Wilayah Pesisir Utara Jawa Tengah
Kerajaan Kalingga diyakini terletak di kawasan pesisir utara Jawa Tengah, dengan dugaan kuat mencakup wilayah Jepara, Pekalongan, dan Batang. Wilayah ini strategis secara geopolitik karena:
- Berhadapan langsung dengan Laut Jawa, jalur pelayaran penting antara India dan Nusantara.
- Dekat dengan jalur gunung dan dataran tinggi Jawa Tengah, memungkinkan koneksi antara pesisir dan pedalaman.
- Subur secara agrikultur, dengan sungai-sungai besar yang menopang pertanian dan irigasi.
2. Keuntungan Geopolitik
- Jalur dagang internasional menghubungkan Kalingga dengan India, Sriwijaya, Champa, dan Tiongkok.
- Menjadi pelabuhan transit kapal dagang dan tempat persinggahan para biksu, pedagang, dan pengelana.
- Keberadaan Gunung Muria dan Pegunungan Dieng memberikan perlindungan alami dan sumber air.
Asal-Usul, Nama, dan Sumber Sejarah
1. Asal Nama Kalingga
Nama “Kalingga” diperkirakan berasal dari Kalinga, sebuah kerajaan di India Timur (sekarang Odisha dan Andhra Pradesh). Ini menunjukkan kemungkinan hubungan awal antara India dan Jawa, baik melalui perdagangan maupun misi keagamaan.
2. Sumber Tertulis
Informasi mengenai Kalingga diperoleh dari beberapa sumber:
- Catatan Cina (Dinasti Tang) oleh pendeta Xuanzang, menyebut kerajaan Holing, yang diidentifikasi sebagai Kalingga.
- Kitab Sejarah Dinasti Tang mencatat bahwa penguasa Kalingga adalah seorang ratu (Shih-mo = Shima) dan menggambarkan negeri dengan masyarakat beradab, spiritual, dan terbuka terhadap ajaran Buddha.
- Tradisi lisan Jawa dan cerita dari naskah-naskah kuna seperti Carita Parahyangan dan Babad Tanah Jawi, menyebut nama Ratu Shima sebagai pemimpin bijaksana yang menegakkan hukum secara tegas.
Pemerintahan Ratu Shima: Hukum, Etika, dan Ketegasan
1. Kepemimpinan Perempuan dalam Dunia Patriarkis
Ratu Shima adalah salah satu sosok perempuan terkuat dalam sejarah Nusantara. Kepemimpinannya menonjol dalam aspek:
- Penegakan hukum yang tanpa kompromi.
- Toleransi antaragama.
- Kepedulian pada moralitas dan kejujuran pejabat.
- Kesetaraan sosial, terutama dalam perlindungan rakyat dari penindasan penguasa.
2. Legenda Uang Emas di Jalan Raya
Salah satu kisah paling terkenal dari masa pemerintahan Ratu Shima adalah legenda berikut:
“Seorang tamu asing meletakkan sekantong emas di jalan sebagai ujian. Selama berbulan-bulan tidak ada rakyat Kalingga yang menyentuhnya. Namun, suatu hari seorang anak menyentuh kantung itu dengan kakinya. Ratu Shima menjatuhkan hukuman mati, namun para penasihat meminta hukuman cukup pada kaki sang anak.”
Cerita ini menegaskan nilai keadilan absolut dan akuntabilitas sosial dalam sistem hukum Kalingga.
Struktur Pemerintahan dan Sistem Sosial
1. Sistem Monarki Moderat
- Raja (atau Ratu) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam bidang hukum, agama, dan politik.
- Dewan penasihat yang terdiri dari Brahmana, tetua adat, dan menteri keuangan serta pertahanan.
- Hukum yang ditulis dalam bentuk prasasti atau dihafal oleh penjaga hukum (pandita dharmika).
2. Kelas Sosial
- Ksatria: keluarga kerajaan, panglima, elite penguasa.
- Brahmana: tokoh spiritual, pengajar agama Hindu dan Buddha.
- Waisya: pedagang, pelaut, pengrajin, petani sukses.
- Sudra: petani biasa, buruh tani, nelayan, dan pelayan.
Masyarakat Kalingga dikenal toleran secara sosial, tidak diskriminatif terhadap penganut kepercayaan lain, dan menghormati perempuan dalam peran kepemimpinan maupun spiritual.
Agama dan Toleransi Kepercayaan
1. Pluralisme Spiritual
Kalingga menjadi cerminan pluralisme Nusantara, karena:
- Agama Hindu dan Buddha Mahayana hidup berdampingan.
- Kepercayaan lokal, seperti pemujaan terhadap leluhur, arwah pohon, sungai, dan roh nenek moyang, tetap dijalankan.
- Para biksu Tiongkok dan pandita India tinggal dan mengajar di lingkungan istana.
2. Pengaruh Agama dalam Pemerintahan
- Ratu Shima disebutkan memerintah berdasarkan nilai dharma, prinsip moral dan keadilan universal.
- Ritual keagamaan dilakukan dalam bentuk:
- Upacara panen (Bhumi Sudhi)
- Pemujaan gunung dan laut
- Festival cahaya untuk Dewa Dharma dan Avalokitesvara
Pendidikan, Bahasa, dan Kebudayaan
1. Bahasa dan Aksara
- Bahasa sehari-hari diduga berupa Jawa Kuno atau dialek Melayu awal.
- Prasasti menggunakan aksara Pallawa, Kawi awal, dan bahasa Sanskerta untuk dokumen resmi dan keagamaan.
- Lembaga pendidikan spiritual dikenal sebagai mandala atau vihara, tempat belajar kitab suci dan hukum.
2. Seni dan Arsitektur
- Seni patung dan ukir ditemukan dalam bentuk arca Buddha, relief gunung, dan hiasan dari tanah liat.
- Struktur bangunan berbahan batu belum banyak ditemukan, kemungkinan besar istana dan rumah dibangun dari kayu jati dan bambu.
- Tradisi wayang purwa, tari ritual, dan musik gamelan awal telah berkembang dalam bentuk-bentuk sederhana.
Ekonomi dan Jaringan Dagang
1. Basis Ekonomi
- Pertanian padi dan palawija di sepanjang lembah sungai besar.
- Pengelolaan garam, hasil laut, dan tambang logam seperti tembaga dan timah.
- Produksi tekstil, keramik, dan alat logam sebagai barang ekspor.
2. Hubungan Dagang Internasional
- Terlibat aktif dalam perdagangan dengan:
- India Selatan
- Sriwijaya (Sumatra)
- Tiongkok Selatan
- Kerajaan Funan dan Champa di Asia Tenggara
Barang-barang ekspor mencakup kapur barus, kain, rempah, manik-manik, dan rotan.
Kemunduran dan Warisan
1. Kemunduran Politik
- Setelah wafatnya Ratu Shima, kerajaan mulai melemah karena:
- Fragmentasi kekuasaan lokal.
- Serangan dari kerajaan pesisir lain seperti Mataram Kuno.
- Pergeseran jalur dagang ke wilayah timur (Sriwijaya dan Jawa Timur).
2. Warisan Budaya
- Tradisi hukum moral tinggi, ketegasan terhadap korupsi, dan peran perempuan dalam pemerintahan menjadi teladan bagi generasi kerajaan Jawa selanjutnya.
- Pengaruh Kalingga melekat pada struktur sosial dan budaya kerajaan Medang, Mataram Kuno, hingga kerajaan Jawa Tengah modern.
- Nama “Shima” menjadi simbol keadilan dalam naskah-naskah pewayangan dan sastra rakyat.
Kalingga sebagai Teladan Nusantara Multikultural
Kerajaan Kalingga bukan sekadar entitas politik, tetapi model peradaban yang menjunjung tinggi hukum, toleransi, dan keadaban. Dalam sejarah Nusantara, Kalingga berdiri sebagai bukti bahwa sejak awal, wilayah kepulauan ini telah mengenal nilai-nilai pluralisme, etika publik, dan kepemimpinan inklusif.
Dari pesisir utara Jawa, di bawah kepemimpinan Ratu Shima, Kalingga menjadi cahaya pertama yang menyinari tanah Jawa dengan hukum, spiritualitas, dan diplomasi lintas budaya. Dalam dunia yang kini dilanda intoleransi dan korupsi, warisan Kalingga justru terasa semakin relevan—menjadi cermin etika Nusantara yang harus dihidupkan kembali.