Kerajaan Mataram Kuno / Medang (Jawa Tengah, 752 – 1019 M)

“Dua Dinasti, Dua Agama, Satu Peradaban Besar: Sanjaya & Syailendra dalam Mataram Kuno”


Lembah Peradaban di Tanah Jawa

Kerajaan Mataram Kuno, juga dikenal sebagai Medang, merupakan salah satu kerajaan terbesar dan paling kompleks dalam sejarah Nusantara. Terletak di lembah-lembah subur Jawa Tengah, kerajaan ini berkembang dalam rentang waktu hampir tiga abad dan dipimpin oleh dua dinasti besar: Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu Siwa, dan Dinasti Syailendra yang beraliran Buddha Mahayana.

Dua kekuatan ini silih berganti atau berdampingan memimpin Mataram, menghasilkan warisan budaya dan arsitektur luar biasa seperti Candi Borobudur, Prambanan, Sewu, dan Kalasan, serta sistem politik yang mendalam. Kerajaan ini menjadi pusat spiritual, keilmuan, dan kekuasaan agraris yang sangat berpengaruh dalam jaringan Asia Tenggara.


Geografi dan Letak Strategis

1. Lembah Subur di Jawa Tengah

Kerajaan Mataram Kuno tumbuh di dataran tinggi dan lembah-lembah vulkanik subur di sekitar:

  • Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, dan Sumbing
  • Aliran sungai Opak, Progo, Elo, dan Bengawan Solo

Wilayah ini menawarkan:

  • Lahan pertanian produktif untuk padi dan hasil bumi.
  • Posisi terlindung secara geografis, menjadikan ibu kota kerajaan aman dari serangan luar.
  • Konektivitas menuju wilayah pesisir utara dan selatan, memudahkan perdagangan dan hubungan diplomatik.

Sumber Sejarah dan Arkeologi

1. Prasasti-prasasti Kunci

Berbagai prasasti menjadi landasan informasi Mataram Kuno, antara lain:

  • Prasasti Canggal (732 M): menyebut Raja Sanjaya mendirikan lingga (simbol Siwa) di Gunung Wukir.
  • Prasasti Kalasan (778 M): menandai pembangunan candi oleh Wangsa Syailendra untuk Dewi Tara.
  • Prasasti Balitung (907 M): menyebut kerajaan sebagai “Medang i Bhumi Mataram”, mencatat raja dan struktur pemerintahan.
  • Prasasti Mantyasih dan Laguna Copperplate (Filipina): menyiratkan luasnya pengaruh Mataram hingga keluar Nusantara.

 Candi dan Kompleks Keagamaan

Warisan arsitektur seperti:

  • Candi Borobudur (Buddha Mahayana)
  • Candi Prambanan (Hindu Siwaistik)
  • Candi Kalasan, Sewu, Plaosan, Mendut, Pawon
    mewakili kekayaan intelektual dan spiritual dari dua dinasti yang membangun Mataram.

Dinasti Sanjaya dan Hindu Siwa

1. Asal-usul Sanjaya

  • Pendiri: Raja Sanjaya dari Mataram, cucu raja Galuh (Bratasenawa), memperluas kekuasaan dari Jawa Barat ke Jawa Tengah.
  • Mengembangkan kerajaan beraliran Hindu Siwaistik, dengan lingga sebagai simbol utama kekuasaan.
  • Pemerintahan bersifat teokratik dengan legitimasi dari konsep dharma.

2. Pemerintahan Sanjaya

  • Membangun sistem agraris birokratis dengan struktur sosial berlapis:
    • Raja dan keluarga bangsawan (kula dewa)
    • Brahmana (penasihat spiritual dan pendidik)
    • Ksatria, Waisya, dan Sudra
  • Fokus pembangunan pada candi-candi pemujaan Dewa Siwa dan pusat pembelajaran dharma.

Dinasti Syailendra dan Buddha Mahayana

1. Asal-usul Syailendra

  • Diperkirakan datang dari Sumatra atau India, berasimilasi dengan lokal elite Jawa Tengah.
  • Mengambil alih pemerintahan pada akhir abad ke-8, namun tidak selalu menggeser Sanjaya sepenuhnya (kemungkinan coexistence atau sistem federatif).

2. Ciri Kekuasaan Syailendra

  • Penganut Buddha Mahayana Vajrayana.
  • Membangun Borobudur (±800 M) sebagai mandala kosmik – struktur arsitektur terbesar di dunia Buddhis.
  • Menjalin relasi budaya dan politik dengan:
    • Dinasti Tang (Tiongkok)
    • Kerajaan Sriwijaya
    • Kerajaan-kerajaan di Asia Selatan

Ekonomi dan Sistem Pertanian

1. Basis Ekonomi Agraris

  • Mataram berbasis ekonomi pertanian, didukung sistem irigasi canggih (subak awal dan empang).
  • Petani diberi hak kelola, namun harus membayar upeti atau kerja wajib pada proyek kerajaan (tenaga gotong royong).

2. Perdagangan Terbatas namun Terkoneksi

  • Meski bukan kerajaan maritim, Mataram terhubung ke pelabuhan utara seperti Pekalongan dan Jepara, serta pesisir selatan Panarukan.
  • Dagang dengan India, Sriwijaya, dan Tiongkok terutama untuk logam, tekstil, dan rempah.

Sistem Kepercayaan dan Pendidikan

1. Harmoni Dua Agama

  • Mataram menjadi laboratorium toleransi antara Hindu dan Buddha, yang saling bertukar gagasan filsafat dan estetika.
  • Candi-candi dibangun dengan pemahaman kosmologi yang mirip meski berbeda ritualnya.

2. Pendidikan dan Naskah

  • Lembaga keagamaan juga berfungsi sebagai pusat pendidikan (mandala/vihara).
  • Pengajaran mencakup filsafat, astrologi, logika, dan pengobatan.
  • Naskah-naskah ditulis di lontar menggunakan aksara Kawi dan Pallawa dalam bahasa Sansekerta dan Jawa Kuna.

Budaya, Sastra, dan Seni

1. Arsitektur dan Seni Pahat

  • Mataram menghasilkan gaya arsitektur klasik Jawa Tengah, ditandai oleh:
    • Pilar-pilar berbatu
    • Relief epik Mahabharata, Ramayana, dan Avatara Buddha
  • Pusat kesenian berada di sekeliling kompleks candi dan istana.

2. Sastra dan Bahasa

  • Bahasa resmi: Jawa Kuna, namun teks keagamaan dalam Sansekerta.
  • Karya-karya sastra seperti kakawin, kidung, dan mantra berkembang di kalangan brahmana dan elit.

Relasi Politik dan Ekspansi

1. Relasi dengan Sriwijaya

  • Ada fusi dinasti antara Mataram dan Sriwijaya melalui pernikahan politik.
  • Namun, ketegangan tetap ada, terbukti dari perpindahan pusat kerajaan ke Jawa Timur setelah kemungkinan serangan Sriwijaya (±929 M).

2. Ekspansi ke Jawa Timur

  • Di bawah raja Mpu Sindok, kerajaan dipindahkan ke Tamwlang dan Watugaluh (wilayah Kediri sekarang) setelah bencana alam/gangguan politik.
  • Ini menandai fase akhir Mataram di Jawa Tengah dan awal Medang di Jawa Timur.

Berikut penjabaran bagian khusus:

Masa Kejayaan Kerajaan Medang


Puncak Kejayaan Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya

1. Kejayaan Dinasti Syailendra (abad ke-8 hingga awal abad ke-9 M)

Puncak kekuasaan Dinasti Syailendra dapat dilihat dari berbagai indikator besar:

  • Pembangunan Borobudur (±800 M), sebagai mahakarya spiritual dan arsitektural Buddhisme Mahayana terbesar di dunia.
  • Peningkatan hubungan diplomatik dengan Sriwijaya, India, dan Tiongkok.
  • Peningkatan literasi, pendidikan agama, dan transmisi ajaran Buddha ke luar negeri.
  • Kemampuan mengonsolidasikan wilayah Jawa Tengah sebagai pusat studi agama dan kekuasaan.

Tokoh penting:

  • Rakai Panangkaran (raja dari Sanjaya yang juga mendukung pendirian candi-candi Buddha)
  • Raja Samaratungga (pembangun Borobudur)
  • Pramodhawardhani (putri Samaratungga, menikah dengan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya)

2. Kejayaan Dinasti Sanjaya (abad ke-9 hingga awal abad ke-10 M)

Setelah Dinasti Syailendra memudar, Dinasti Sanjaya kembali mendominasi:

  • Pembangunan kompleks Candi Prambanan (±850 M) sebagai simbol kekuatan agama Siwa.
  • Penguatan pemerintahan di bawah Rakai Pikatan, yang berhasil menyatukan dua dinasti melalui pernikahan dan kampanye militer.
  • Penataan ulang sistem agraria, pengairan, dan reformasi administratif yang meningkatkan stabilitas kerajaan.

Keberhasilan Arsitektur dan Intelektual

1. Arsitektur dan Infrastruktur

  • Masa kejayaan ditandai dengan intensifnya pembangunan kompleks candi, jalan, saluran air, dan desa-desa mandala.
  • Borobudur, Prambanan, dan Sewu bukan hanya simbol spiritual, tetapi juga lambang teknologi, pengelolaan tenaga kerja, dan organisasi sosial.

2. Pendidikan dan Keilmuan

  • Vihara dan mandala menjadi tempat berkumpulnya kaum intelektual dan pelajar dari Asia.
  • Sistem pendidikan berbasis kitab suci, filsafat, tata bahasa, dan logika berkembang pesat.

Pengaruh Politik dan Budaya

  • Mataram menjadi magnet budaya yang menyebarkan seni pahat, teknik bangunan, sastra Jawa Kuna, dan sistem birokrasi ke seluruh Nusantara.
  • Menjadi pusat keagamaan yang tak hanya memengaruhi pulau Jawa, tapi juga jaringan spiritual di Asia Tenggara dan India.

Pusat Agraria yang Kuat

  • Dataran Kedu dan Prambanan sangat produktif.
  • Pertanian sebagai basis ekonomi didukung oleh sistem pengelolaan air dan distribusi lahan yang efisien.
  • Pajak dan hasil bumi menopang proyek-proyek besar kerajaan.

Toleransi dan Koeksistensi Agama

  • Hindu dan Buddha berkembang bersama tanpa konflik yang terdokumentasi.
  • Kompleks candi besar dari dua agama dibangun dalam wilayah berdekatan.
  • Pendekatan koeksistensi ini memperkuat legitimasi raja sebagai pemimpin seluruh rakyat dari berbagai keyakinan.

Relasi Internasional dan Diplomasi

  • Mataram menjalin hubungan diplomatik dengan:
    • Sriwijaya, sebagai sekutu atau pesaing regional.
    • Dinasti Tang dan Song di Tiongkok (terlihat dari utusan dan pelajar).
    • India Timur dan Kerajaan-kerajaan Asia Tenggara lainnya melalui pertukaran budaya dan relasi religius.

Puncak Mataram Kuno sebagai Poros Kejayaan Jawa Tengah

Masa kejayaan Mataram Kuno bukan hanya dinilai dari kekuatan militer atau luas wilayah, tetapi dari:

  • Kekuatan spiritual dan intelektual.
  • Kedalaman budaya dan estetika.
  • Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan mengelola masyarakat secara adil.

Dalam rentang dua abad lebih, kerajaan ini menjelma menjadi salah satu pilar peradaban klasik terbesar di Asia Tenggara, dan warisannya tetap hidup dalam bentuk candi-candi megah, bahasa, serta nilai kebudayaan masyarakat Jawa hingga kini.


Warisan Mataram Kuno bagi Nusantara

  • Mataram Kuno meninggalkan pusaka budaya tak ternilai:
    • Candi Borobudur dan Prambanan sebagai warisan dunia.
    • Tradisi sastra Jawa Kuna dan filsafat dharma.
    • Konsep negara agraris-teokratis yang berpengaruh hingga era Majapahit.
  • Dalam sejarah Indonesia, Mataram Kuno menjadi poros dialog antara spiritualitas dan negara, serta simbol keharmonisan peradaban Hindu dan Buddha yang berpadu dalam satu tubuh kerajaan.

About administrator