Kerajaan Perlak (Aceh Timur, 840 – 1292 M)

“Islam Awal di Nusantara dan Harmoni Dua Dunia”


Cahaya dari Timur Sumatra

Sebelum Samudera Pasai berdiri sebagai kerajaan Islam pertama yang terdokumentasi dengan baik, telah ada sebuah kerajaan yang membuka jalan: Kerajaan Perlak. Terletak di wilayah timur Aceh, kerajaan ini merupakan salah satu pusat pemerintahan paling awal yang mengadopsi Islam, bahkan sejak abad ke-9 Masehi. Bersama dengan unsur budaya Hindu yang telah lama mengakar, Perlak membentuk sebuah mosaik peradaban yang unik—menyatukan nilai-nilai spiritual baru dengan tradisi lokal yang kuat.

Sebagai pelabuhan penting dalam jalur perdagangan internasional, Perlak menjadi titik temu antara:

  • Dakwah Islam awal dari Arab dan Gujarat,
  • Pengaruh Hindu-Buddha yang telah lebih dahulu berakar,
  • Peradaban lokal Melayu dan tradisi maritim Sumatra Timur.

Asal-Usul dan Pendirian Kerajaan

1. Letak Strategis dan Awal Mula Perlak

Kerajaan Perlak (juga disebut Peureulak) terletak di wilayah pesisir timur Aceh, di sekitar muara sungai Peureulak yang langsung menghadap ke Selat Malaka. Wilayah ini sejak awal sudah dikenal sebagai:

  • Pusat perdagangan kayu perlak (jenis kayu tahan air yang banyak digunakan untuk pembuatan kapal),
  • Jalur strategis pelayaran internasional yang menghubungkan Arab, India, Persia, Tiongkok, dan Asia Tenggara.

Diperkirakan bahwa para saudagar Muslim dari Timur Tengah dan Gujarat telah berdagang dan bermukim di wilayah ini sejak abad ke-7 M, dan dari interaksi inilah Islam mulai diperkenalkan kepada masyarakat setempat.

2. Berdirinya Kesultanan Islam Pertama

Menurut berbagai sumber lokal dan naskah Melayu klasik, seperti Hikayat Raja-raja Pasai dan Tarikh Aceh dan Melayu, Kerajaan Perlak resmi berdiri pada tahun 840 M, dengan penguasa pertama:

  • Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, yang diyakini keturunan campuran Arab dan lokal,
  • Beliau menjadi sultan pertama di Nusantara, menjadikan Perlak sebagai kesultanan Islam pertama dalam catatan sejarah.

Yang membedakan Perlak dari Samudera Pasai adalah:

  • Usianya yang lebih tua (sekitar 400 tahun sebelum Pasai berdiri),
  • Pemerintahannya berbasis Islam sejak awal,
  • Namun, berdampingan dan hidup damai dengan pengaruh Hindu dan adat lokal yang masih kuat.

Struktur Pemerintahan dan Kehidupan Beragama

1. Dinasti dan Sistem Kekuasaan

Kerajaan Perlak mengalami beberapa periode dinasti, yakni:

  • Dinasti Syiah (840 – 918 M), di bawah keturunan Sultan Alaiddin,
  • Dinasti Sunni (988 – 1292 M), setelah adanya konflik teologis dan politik yang meruncing,
  • Di antara kedua dinasti ini, terjadi transisi, perdamaian, dan pembentukan kesatuan.

Struktur pemerintahan mencakup:

  • Sultan sebagai kepala negara dan agama,
  • Qadi, Mufti, dan Imam Besar, yang berperan dalam pengambilan keputusan hukum,
  • Dewan Wazir dan Majelis Adat, yang mengelola urusan sipil dan hubungan diplomatik.

2. Toleransi dengan Kepercayaan Lokal dan Hindu

Berbeda dengan kerajaan Islam kemudian yang lebih homogen, Perlak justru menunjukkan:

  • Sikap akomodatif terhadap Hindu dan animisme lokal,
  • Pendirian masjid berdampingan dengan pura dan situs adat kuno,
  • Integrasi ajaran Islam dengan nilai-nilai lokal seperti:
    • Penghormatan pada leluhur,
    • Pemeliharaan keselarasan alam (sejalan dengan prinsip fithrah dalam Islam).

Pendidikan, Dakwah, dan Budaya Islam Awal

1. Peran Ulama dan Dakwah

Sebagai pusat Islam pertama, Perlak menjadi pusat penyebaran Islam ke berbagai daerah seperti:

  • Sumatra bagian timur, Riau, hingga Jambi,
  • Semenanjung Melayu, terutama ke Kedah, Trengganu, dan Pattani,
  • Bahkan menjadi rujukan bagi Islamisasi di wilayah Pasai dan Minangkabau.

Ulama dari Arab, Persia, dan Gujarat menetap di Perlak dan mengajarkan:

  • Tauhid, fiqh, tasawuf, dan ilmu bahasa Arab,
  • Prinsip-prinsip keadilan sosial, zakat, serta muamalah,
  • Pengajaran dilakukan dalam bentuk halaqah dan surau kecil.

2. Bahasa dan Aksara

Bahasa Melayu digunakan sebagai medium dakwah dan pemerintahan, sementara:

  • Aksara Jawi (Arab-Melayu) mulai dipakai dalam dokumen resmi,
  • Kitab-kitab Islam awal diterjemahkan dan disalin dalam bahasa lokal.

Ini menjadi fondasi perkembangan bahasa Melayu Islam klasik yang kelak tumbuh di Pasai dan Melaka.


Ekonomi dan Jaringan Perdagangan

1. Komoditas Utama dan Ekspor

Perlak dikenal sebagai:

  • Eksportir utama kayu perlak, yang sangat dicari untuk perkapalan,
  • Penghasil kemenyan, kapur barus, dan emas,
  • Perdagangan rempah-rempah dan sutra dari luar diolah dan disalurkan ke pedalaman.

2. Mitra Dagang dan Jalur Diplomasi

Perlak menjalin hubungan dagang dan diplomasi dengan:

  • Gujarat, Persia, dan Arab Selatan,
  • Sriwijaya, sebagai tetangga kuat dalam jalur perdagangan maritim,
  • Tiongkok Dinasti Tang dan Song, yang mencatat Perlak sebagai pelabuhan penting.

Masa Kejayaan (Abad ke-10 – 12 M)

Pada masa inilah Perlak mengalami:

  • Kejayaan dalam bidang politik, budaya, dan dakwah,
  • Menjadi kiblat Islam regional, di mana ulama dan pelajar datang untuk menimba ilmu,
  • Melahirkan tokoh-tokoh ulama Melayu dan penyair awal yang menyebarkan Islam ke kawasan lain.

Sultan-sultan terkemuka pada masa ini antara lain:

  • Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Shah Johan Berdaulat,
  • Sultan Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat, yang memperkuat sistem hukum dan administrasi.

Hubungan dengan Kerajaan Lain dan Konflik Internal

1. Hubungan dengan Sriwijaya dan Samudera Pasai

Perlak memiliki hubungan:

  • Kompetitif namun juga diplomatis dengan Sriwijaya,
  • Berperan penting dalam membuka jalan bagi munculnya Samudera Pasai, bahkan kemungkinan menjadi cikal bakalnya melalui pernikahan dinasti.

2. Konflik Sunni-Syiah

  • Awal kerajaan berada di bawah pengaruh Syiah Ismailiyah, namun kemudian mengalami transisi ke Sunni,
  • Pergolakan ini menyebabkan perpecahan internal, tetapi juga menunjukkan kaya dan pluralnya spektrum Islam awal di Nusantara.

Akhir Kekuasaan dan Integrasi ke Pasai

Pada awal abad ke-13:

  • Tekanan dari luar dan dinamika internal melemahkan Perlak,
  • Tahun 1292, Perlak secara de facto bergabung dengan Samudera Pasai, melalui:
    • Pernikahan dinasti,
    • Konsolidasi kekuasaan dan wilayah,
    • Integrasi dalam struktur Islam yang lebih terorganisir di bawah Sultan Malik al-Saleh.

Namun, identitas budaya dan spiritual Perlak tetap hidup, dan menjadi bagian penting dalam fondasi awal Islam Nusantara.


Warisan Sejarah dan Budaya

  1. Kerajaan Islam Pertama
    Perlak memulai tradisi Islam berbasis kerajaan, yang:

    • Menginspirasi struktur kesultanan Islam,
    • Membentuk awal hukum Islam dan dakwah sosial.
  2. Toleransi dan Pluralitas Awal
    Menjadi contoh keberhasilan hidup berdampingan antara Islam, Hindu, dan tradisi lokal.
  3. Pusat Ilmu dan Bahasa
    Melahirkan struktur literasi Islam awal di Nusantara, dari kitab hingga bahasa tulis Jawi.
  4. Situs Sejarah
    Makam para sultan dan ulama Perlak masih menjadi situs ziarah dan sumber studi sejarah Islam awal di Asia Tenggara.

Kerajaan Perlak adalah narasi sunyi yang mengalir di balik lembaran sejarah besar Nusantara. Sebagai kerajaan Islam tertua yang berdiri jauh sebelum gelombang besar Islamisasi melanda Nusantara, Perlak menunjukkan bahwa Islam datang dengan damai, ilmu, dan kebijaksanaan.

Ia bukan sekadar kerajaan kecil di Aceh Timur. Ia adalah fondasi, mercusuar, dan nafiri pertama dari cahaya Islam yang kelak menyinari Samudera Pasai, Aceh Darussalam, dan seluruh wilayah kepulauan.

About administrator