Kerajaan Salakanagara (~130 M – 362 M)

“Awal Jejak Monarki Hindu di Tanah Sunda”

Lokasi: Pesisir barat Pulau Jawa (kini Banten)
Sumber utama: Naskah Wangsakerta, catatan lisan lokal, interpretasi arkeologis


Menguak Jejak Awal Kerajaan di Nusantara

Salakanagara secara tradisional dianggap sebagai kerajaan tertua di Nusantara. Meski keberadaannya belum dikonfirmasi secara utuh oleh sumber epigrafis atau artefak monumental seperti prasasti batu, nama Salakanagara terus hidup dalam tradisi lokal dan dokumen semi-legendaris seperti Naskah Wangsakerta. Istilah “Salakanagara” sendiri berarti “Negeri Perak”, menunjukkan peran penting sumber daya logam dan kekayaan mineral dalam struktur ekonominya.

Berdiri sekitar abad ke-2 Masehi, kerajaan ini menandai transformasi dari masyarakat megalitik dan proto-kerajaan menjadi sistem monarki Hindu yang lebih terstruktur, dan menjadi titik mula pengaruh budaya India di wilayah barat Nusantara, terutama di Tatar Sunda.


Latar Sejarah dan Geografis

1. Letak Strategis dan Akses Perdagangan

Salakanagara diperkirakan berpusat di daerah pesisir barat Pulau Jawa, tepatnya di sekitar Teluk Lada (Pandeglang modern). Letak ini sangat strategis karena menjadi pintu masuk jalur pelayaran dari India menuju Laut Jawa, sekaligus menjadi simpul bagi pedagang yang ingin menghindari Selat Malaka yang kala itu belum sepenuhnya aman.

Letaknya yang menghadap Samudra Hindia menjadikannya:

  • Pusat interaksi dengan pedagang India, Persia, bahkan Arab.
  • Wilayah pertukaran budaya dan teknologi maritim awal.
  • Daerah penghubung antara komunitas megalitik pedalaman dan dunia perdagangan pesisir.

2. Geopolitik Lokal

Sebelum Salakanagara berdiri, masyarakat lokal sudah mengenal sistem kepemimpinan adat berbasis kepala suku dan pemimpin spiritual. Masuknya pengaruh India tidak serta-merta menghapus struktur ini, tetapi menyatu secara sinkretik, membentuk model kekuasaan hibrida yang unik: raja dengan legitimasi spiritual, tetapi tetap memimpin komunitas agraris dan pesisir.


Sumber Sejarah dan Interpretasi

1. Naskah Wangsakerta

Sumber utama informasi tentang Salakanagara berasal dari Naskah Wangsakerta, dokumen abad ke-17 yang menyusun sejarah Sunda dalam bentuk kronik. Meski dianggap semi-legendaris dan kontroversial, naskah ini memuat informasi berikut:

  • Raja pertama bernama Dewawarman I, seorang bangsawan India dari wilayah Pallava.
  • Dewawarman menikah dengan putri lokal, menjalin ikatan politik dan spiritual.
  • Salakanagara berkembang sebagai pelabuhan dagang dan pusat logam mulia.

Bukti Arkeologis Pendukung

Walau tidak ada prasasti atau candi besar yang dikaitkan langsung, sejumlah temuan arkeologis mendukung keberadaan masyarakat elite di barat Jawa:

  • Penemuan manik-manik kaca dan perunggu di kawasan Banten.
  • Struktur batu besar di pegunungan selatan yang menyerupai pola punden berundak.
  • Tradisi lokal tentang “Ratu Pakuan” dan asal-usul kerajaan tua pesisir.

3. Tradisi Lisan

Legenda lokal menyebut adanya raja besar di pesisir barat yang mengajarkan ilmu besi, pertanian sistematis, dan hukum adat. Narasi ini hidup dalam berbagai versi di wilayah Sunda dan bahkan di wilayah Lampung.


Struktur Pemerintahan dan Kekuasaan

1. Sistem Monarki Keturunan

Salakanagara dipimpin oleh raja yang menggunakan gelar Dewawarman, yang berlangsung hingga sembilan generasi. Model ini menunjukkan kesinambungan kekuasaan dan pengaruh sistem India, yang mengenal sistem kasta dan dinasti.

2. Pemerintahan Terpusat

  • Wilayah dikelola oleh raja dan para “purwa-pati” (setara pejabat tinggi).
  • Kekuasaan raja mencakup urusan spiritual (ritus Hindu), ekonomi (dagang logam), dan militer.
  • Hukum adat disesuaikan dengan dharma Hindu, tapi tetap mempertahankan nilai lokal.

3. Militer dan Pertahanan

Dengan jalur maritim yang penting, Salakanagara harus menjaga wilayahnya dari perompak dan kelompok pesaing. Mereka memiliki:

  • Pasukan laut kecil, terdiri dari kapal layar dan perahu cepat.
  • Garnisun darat di pegunungan untuk pengawasan terhadap jalur kuda dan hasil bumi.

Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya

1. Stratifikasi Sosial

  • Brahmana dan bangsawan: berasal dari keluarga Dewawarman dan pendeta Hindu.
  • Waisya dan pekerja: pengrajin logam, pedagang, dan pelaut.
  • Sudra dan pekerja lokal: petani, nelayan, pemburu.
  • Ada juga budak dari tawanan perang atau barter perdagangan.

2. Ekonomi Berbasis Maritim dan Tambang

  • Ekonomi Salakanagara sangat kuat di bidang perdagangan logam mulia, rempah, dan hasil laut.
  • Terdapat sistem distribusi hasil bumi dari pedalaman ke pelabuhan melalui jalur sungai.

3. Budaya dan Agama

  • Awal dari Hindu Siwaisme, dengan ritus sederhana dan simbolik (tanpa candi besar).
  • Ritual tahunan diadakan untuk memuja leluhur, dewa pelindung, dan penguasa laut.
  • Budaya seni ukir kayu, anyaman bambu, dan pakaian berbahan kulit kayu berkembang.

Relasi Internasional

Salakanagara menjalin relasi luas, antara lain:

  • India Selatan (Pallava dan Chola): melalui jaringan saudagar dan pernikahan politik.
  • Sri Lanka dan Gujarat: sebagai transit pelayaran rempah dan logam.
  • Pulau Sumatra dan Kalimantan: pertukaran timah, emas, dan perhiasan.

Relasi ini menjadikan Salakanagara sebagai simbol awal diplomasi maritim Nusantara.


Warisan Arsitektur dan Simbolisme

Meski tak banyak peninggalan fisik, Salakanagara memberikan pengaruh:

  • Model pemukiman pesisir yang tertib dan berorientasi laut.
  • Struktur balai pertemuan (bale agung) dan lumbung pusat.
  • Simbol-simbol raja yang bertahan dalam kerajaan Tarumanagara, seperti makuta perak, tombak upacara, dan narasi “raja dari laut.”

Kemunduran dan Integrasi ke Tarumanagara

Salakanagara mengalami kemunduran karena:

  • Tekanan dari pedalaman dan kelompok pesaing di jalur dagang.
  • Integrasi secara damai ke dalam Tarumanagara pada abad ke-4 Masehi.
  • Anak cucu Dewawarman disebut menjadi penguasa lokal (rajyan) di bawah kekuasaan raja Tarumanagara.

Namun, identitas Salakanagara tidak hilang, melainkan hidup dalam struktur politik Sunda Kuno, adat pesisir Banten, dan warisan lisan masyarakat Baduy.


Salakanagara dalam Mozaik Sejarah Nusantara

Kerajaan Salakanagara, meski masih diperdebatkan dari segi arkeologi, memiliki signifikansi besar dalam narasi awal peradaban Nusantara. Ia memperlihatkan bagaimana masyarakat lokal mampu menyerap pengaruh luar, membentuk sistem kekuasaan terstruktur, dan menciptakan jaringan maritim yang menghubungkan Nusantara dengan dunia luar.

Sebagai kerajaan tertua dalam narasi sejarah tradisional Indonesia, Salakanagara adalah fondasi peradaban Tatar Sunda, dan simbol transisi besar dari dunia megalitik ke dunia kerajaan.

About administrator