“Jejak Awal Peradaban Sunda: Antara Mitos dan Realitas”
Lokasi: Wilayah pegunungan dan pesisir barat Jawa Barat (Priangan, Banten Selatan)
Periode: Diperkirakan sejak abad ke-1 SM hingga abad ke-3 M
Status: Pra-Klasik, berbasis tradisi agraris dan spiritual megalitik
Dari Hulu ke Sejarah
Kerajaan Sunda Tua adalah nama yang disematkan oleh para sejarawan dan budayawan untuk menyebut komunitas politik awal di wilayah Tatar Sunda sebelum kemunculan Tarumanagara dan Galuh. Meskipun tidak ada catatan tertulis atau prasasti yang menyebut nama kerajaan ini secara eksplisit, banyak bukti arkeologis, toponimi, dan narasi lisan yang mengarah pada eksistensi sebuah entitas pemerintahan lokal di dataran tinggi Priangan, pesisir barat Banten, dan kaki-kaki Gunung Salak serta Gunung Gede.
Sunda Tua dianggap sebagai cikal bakal dari Kerajaan Sunda yang kemudian berkembang pesat pada abad ke-7 hingga abad ke-16. Peradaban ini berakar pada masyarakat agraris megalitik yang mulai menyerap pengaruh maritim dan spiritual India sejak awal abad Masehi. Dalam bab ini, kita akan menelusuri struktur sosial, ekonomi, serta nilai-nilai kosmologis yang menjadi pondasi bagi identitas Sunda klasik.
Baik, kita lanjutkan penulisan subbab Kerajaan Sunda Tua (Jawa Barat, Pra-Masehi – Abad ke-3 Masehi) hingga tuntas ±3000 kata:
Geografi Budaya dan Pusat Pemukiman Awal
1. Dataran Tinggi dan Pegunungan sebagai Basis Peradaban
Wilayah Sunda Tua mencakup dataran tinggi Priangan (kini Jawa Barat bagian tengah) hingga pesisir barat Banten. Di wilayah ini terdapat sejumlah gunung berapi aktif dan lembah sungai besar seperti:
- Gunung Gede – Pangrango
- Gunung Salak
- Gunung Tangkuban Parahu
- Sungai Citarum, Cisadane, dan Cimanuk
Kondisi ini menciptakan ekosistem yang ideal bagi pertanian awal dan membentuk pola pemukiman terpencar namun terhubung oleh sungai dan jalur pegunungan. Daerah seperti Lebak Sibedug, Gunung Padang, dan Cipari menjadi pusat aktivitas spiritual dan pertanian masyarakat Sunda Tua.
2. Struktur Desa-Desa Mandiri
Sunda Tua terdiri atas jaringan desa-desa atau kampung mandiri yang saling terhubung oleh:
- Kekerabatan (marga dan klan)
- Sistem dagang hasil bumi dan kerajinan
- Ritus bersama dalam festival panen dan upacara hujan
Beberapa desa yang tumbuh besar secara ekonomi dan spiritual kemudian berkembang menjadi pusat kekuasaan lokal, tempat berkumpulnya para dukun, petua, dan pemimpin perang.
Bukti Arkeologis dan Tradisi Lisan
1. Situs Gunung Padang dan Cipari
Gunung Padang (Cianjur) adalah situs megalitik terbesar di Asia Tenggara yang diduga berasal dari zaman prasejarah namun terus digunakan hingga awal masehi. Struktur teras berundak dan batu-batu monolit besar menunjukkan:
- Pemahaman kosmologi dan orientasi langit
- Pusat spiritual masyarakat agraris
- Tempat pemakaman atau ritual pemimpin leluhur
Situs Cipari di Kuningan memperkuat gambaran ini, dengan temuan:
- Sisa rumah panggung
- Bejana logam dan gerabah halus
- Peralatan pertanian dan kerangka manusia dikubur dengan bekal kubur
2. Tradisi Lisan dan Mitos Leluhur Sunda
Masyarakat Baduy dan Sunda Wiwitan masih memelihara mitos tentang:
- Leluhur bernama Batara Cikal atau Aki Tirem
- Gunung sebagai asal-usul manusia dan penguasa roh
- Kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi sebagai alegori peradaban awal
Kisah-kisah ini diyakini sebagai refleksi dari sejarah kolektif yang menyimpan jejak transisi masyarakat Sunda dari era animisme megalitik menuju struktur proto-negara.
Struktur Kekuasaan dan Pemerintahan Tradisional
1. Kepemimpinan Kolektif dan Dewan Tetua
Belum terbentuk sistem kerajaan formal seperti Tarumanagara, namun Sunda Tua sudah mengenal sistem kekuasaan kolektif:
- Pemimpin spiritual (dukun agung) yang memimpin upacara.
- Pemimpin desa atau “Rama” yang berfungsi sebagai kepala produksi dan pertahanan.
- Dewan tetua kampung (para pinisepuh) sebagai pembuat keputusan konsensus.
2. Pemusatan Kekuasaan di Lembah Sungai
Di lembah subur seperti Citarum Hulu dan Leuwiliang, muncul komunitas besar yang mengendalikan:
- Saluran irigasi dan hasil panen
- Tempat suci leluhur
- Jalur perdagangan antar kampung
Pemimpin komunitas yang berhasil mengendalikan ketiga unsur ini biasanya memiliki kekuasaan yang luas dan dihormati hingga lintas lembah.
Ekonomi dan Kehidupan Produksi
1. Pertanian Sistematis
Masyarakat Sunda Tua sudah mengenal:
- Budidaya padi ladang dan sawah di kaki gunung
- Pemanfaatan rotasi tanaman: padi–ubi–kacang
- Sistem pengolahan air dari lereng gunung untuk irigasi sederhana
2. Perdagangan dan Spesialisasi Kerajinan
Terdapat aktivitas produksi dan pertukaran:
- Gerabah dan bejana tanah liat di Cipari
- Anyaman rotan dan tikar pandan
- Peralatan batu dan logam (perunggu awal) yang menunjukkan kontak dengan luar (mungkin dari pengaruh Dongson)
3. Emas dan Batu Mulia
Wilayah Priangan memiliki potensi emas, batu akik, dan logam berat di sungai-sungai pegunungan. Bukti pengolahan emas awal ditemukan dalam bentuk:
- Hiasan logam
- Manik-manik dan ukiran kecil
- Fragmen cetakan logam dari tanah liat
Kosmologi dan Sistem Kepercayaan
1. Gunung sebagai Poros Dunia
Dalam budaya Sunda Tua, gunung bukan hanya simbol geografis tetapi pusat spiritual. Gunung dipercaya sebagai:
- Tempat tinggal para leluhur dan roh pelindung
- Pusat “kekuatan bumi” yang harus dijaga melalui persembahan
- Tempat penyucian jiwa setelah kematian
Ritual diadakan di puncak atau lereng gunung dengan sesaji dan doa kepada Sang Hyang atau Batara.
2. Roh Leluhur dan Alam Gaib
Setiap komunitas memiliki situs pemujaan kepada roh nenek moyang yang dikeramatkan:
- Batu berdiri atau dolmen di pusat desa
- Tiang sesaji yang disebut “sasaka”
- Tempat ritual air di dekat mata air suci
3. Kalender Alam dan Perayaan Musim
Mereka mengenal kalender berbasis bulan dan siklus panen. Upacara besar dilakukan:
- Menjelang musim tanam: ritual pangunjung
- Musim panen: upacara seren taun
- Kematian pemimpin: ritus pamakaman berlapis
Bahasa, Simbol, dan Identitas Budaya
1. Bahasa Sunda Purba
Bahasa yang digunakan memiliki akar dari bahasa Austronesia barat, dengan struktur fonetik yang mirip dengan Bahasa Sunda modern namun masih bercampur dengan istilah protomelayu.
2. Simbol Budaya dan Warisan
- Motif anyaman geometris sebagai simbol kosmos
- Ukiran kayu dan batu berwujud binatang mitologis
- Tarian dan nyanyian ritual yang diwariskan secara turun-temurun
Sunda Tua sudah memiliki sistem pengenalan terhadap simbol-simbol lokal yang kelak menjadi cikal bakal kebudayaan Sunda klasik.
Hubungan Eksternal dan Jalur Migrasi
1. Kontak dengan Dunia Luar
Melalui jalur sungai dan pesisir barat, komunitas Sunda Tua mulai terhubung dengan:
- Komunitas pesisir Sumatra (melalui Selat Sunda)
- Kelompok dari Jawa Tengah yang membawa teknologi logam
- Pengaruh budaya Dongson dari utara (Vietnam–Kamboja)
2. Jalur Migrasi dan Ekspansi
Sebagian kelompok Sunda Tua melakukan migrasi:
- Ke arah selatan (Sukabumi, Lebak) dan mendirikan komunitas pesisir
- Ke timur dan bergabung dengan struktur kerajaan awal seperti Tarumanagara
Transformasi Menjadi Kerajaan Sunda
Seiring berjalannya waktu, beberapa komunitas Sunda Tua mengalami:
- Sentralisasi kekuasaan di lembah Sungai Citarum
- Munculnya elite politik yang memadukan kekuatan spiritual dan kekuasaan administratif
- Kontak lebih intensif dengan India dan munculnya pengaruh Hindu-Buddha
Akhirnya, pada abad ke-4 M, muncullah Kerajaan Tarumanagara, yang dianggap sebagai kelanjutan dari entitas Sunda Tua dengan transformasi besar pada sistem prasasti, struktur militer, dan jaringan perdagangan.
Sunda Tua dalam Bingkai Kebudayaan Nusantara
Sunda Tua adalah simbol bahwa peradaban di Tatar Sunda telah tumbuh sejak lama—jauh sebelum munculnya kerajaan bercorak India. Mereka membangun sistem sosial berbasis kekerabatan, membangun spiritualitas yang berpijak pada gunung dan sungai, dan menjalin hubungan ekonomi melalui pertanian dan kerajinan.
Mewarisi semangat kebersamaan dan keharmonisan dengan alam, Sunda Tua menjadi akar identitas masyarakat Sunda modern yang menjunjung nilai kawih, kearifan, dan keluhuran budaya.