Jejak Langkah Sang Pangeran Ketika Hutan Menjadi Benteng Rakyat Pertengahan abad ke-19 merupakan masa krusial dalam sejarah kolonialisme di kepulauan Indonesia. Setelah berhasil menguasai wilayah-wilayah utama di Jawa dan Sumatra, pemerintah kolonial Belanda mulai memperluas cengkeramannya ke wilayah-wilayah luar Jawa, termasuk Kalimantan. Salah satu kerajaan yang menjadi sasaran penetrasi politik …
Perlawanan di Papua Barat
Papua Barat menempati posisi strategis di ujung timur kepulauan Nusantara. Terbentang dari Teluk Cenderawasih di utara hingga perairan Kaimana dan Fakfak di selatan, wilayah ini menyimpan kekayaan alam luar biasa: burung cenderawasih, damar, kayu langka, kulit kerang, hingga rempah-rempah yang langka dan bernilai tinggi. Kekayaan ini sejak awal telah menarik …
Perlawanan di Flores dan Timor (Abad ke-17 – 18)
Flores dan Timor, dua pulau besar di kawasan timur Nusantara, menempati posisi strategis dalam jalur pelayaran dan perdagangan maritim yang menghubungkan Kepulauan Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara dengan wilayah Asia Tenggara lainnya. Wilayah ini sejak lama menjadi lintasan penting bagi perdagangan rempah-rempah, kayu cendana, madu hutan, kapas, dan hasil alam …
Perang Aru Palaka (Konflik Internal Dimanfaatkan VOC, 1660-an)
Abad ke-17 merupakan masa yang sangat dinamis dalam sejarah politik Sulawesi Selatan, ketika berbagai kerajaan Bugis-Makassar bersaing untuk memperoleh dominasi di wilayah tersebut. Dua kekuatan utama yang terus bersaing dalam panggung politik dan militer adalah Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Gowa, dengan pusat kekuasaannya di Makassar, tumbuh sebagai kerajaan maritim …
Perlawanan Sultan Hasanuddin Makassar (Kerajaan Gowa, 1666–1669)
Kerajaan Gowa, yang berpusat di wilayah pesisir barat daya Sulawesi Selatan, merupakan salah satu kerajaan maritim paling kuat di Indonesia bagian timur pada abad ke-16 hingga 17. Letaknya yang strategis di jalur pelayaran antara Jawa, Maluku, Kalimantan, dan Filipina menjadikannya pusat perdagangan regional yang ramai dan terbuka terhadap interaksi budaya, …
Perlawanan Nuku di Tidore (1780–1810)
Kesultanan Tidore, yang terletak di gugusan Kepulauan Maluku Utara, memegang posisi strategis dalam jaringan rempah-rempah dan pelayaran samudra timur Nusantara. Letaknya yang berada di antara jalur pelayaran Maluku dan pesisir Papua menjadikannya bukan sekadar kerajaan kecil di ujung timur, melainkan simpul penting dalam lalu lintas komoditas dunia. Sejak abad ke-15, …
Perlawanan Padri Minangkabau (1803–1837)
Wilayah Minangkabau di pedalaman Sumatra Barat memiliki posisi geografis yang strategis sebagai penghubung antara kawasan pesisir barat dan jalur dagang menuju pedalaman Sumatra bagian tengah. Keunggulan letak ini menjadikan Minangkabau tidak hanya kaya secara sumber daya—seperti emas, kopi, dan hutan tropis—tetapi juga sebagai pusat penting peradaban adat dan Islam di …
Perlawanan Kesultanan Palembang terhadap VOC dan Inggris
Kesultanan Palembang Darussalam menempati posisi yang sangat strategis di kawasan Sumatra bagian selatan. Terletak di tepian Sungai Musi yang lebar dan dapat dilayari hingga ke pedalaman, Palembang berkembang sebagai kota pelabuhan penting dan pusat perdagangan regional sejak abad ke-17. Jalur sungai ini tidak hanya menjadi nadi pergerakan barang dan manusia …
Perlawanan Kesultanan Aceh terhadap VOC (Abad ke-17)
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan salah satu kekuatan maritim paling menonjol di Asia Tenggara pada abad ke-16 hingga ke-17. Terletak di ujung barat Pulau Sumatra, Aceh memegang kendali atas jalur pelayaran strategis di Selat Malaka—salah satu nadi utama perdagangan global pada masa itu. Posisi geografis ini menjadikan Aceh sebagai simpul penting …
Perang Jawa III (Perang Mangkubumi / 1746–1755)
Pertengahan abad ke-18 merupakan masa kritis bagi tatanan politik dan sosial di Jawa, khususnya dalam lingkup Kesultanan Mataram. Usai geger besar bernuansa etnis dan politik yang dikenal sebagai Perang Jawa II atau Geger Pacinan (1740–1743), struktur kekuasaan Mataram semakin rapuh. VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang semula hanya sebagai mitra dagang, …