BAB 9 – MASA KOLONIAL: VOC, HINDIA BELANDA, DAN PERLAWANAN (±1600–1900 M)

Perang Jawa III (Perang Mangkubumi / 1746–1755)

Pertengahan abad ke-18 merupakan masa kritis bagi tatanan politik dan sosial di Jawa, khususnya dalam lingkup Kesultanan Mataram. Usai geger besar bernuansa etnis dan politik yang dikenal sebagai Perang Jawa II atau Geger Pacinan (1740–1743), struktur kekuasaan Mataram semakin rapuh. VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang semula hanya sebagai mitra dagang, …

Perang Jawa II (Perang Geger Pacinan, 1740–1743)

Perang Jawa II, yang dikenal pula sebagai Perang Geger Pacinan, merupakan salah satu episode paling kompleks dan berdarah dalam sejarah Nusantara pada abad ke-18. Konflik ini tidak hanya mempertemukan kekuatan militer, tetapi juga menyatukan berbagai kepentingan sosial, politik, ekonomi, dan etnis dalam sebuah ledakan besar perlawanan terhadap kekuasaan kolonial VOC …

Perang Jawa I (Perang Takhta Mataram)

Pada awal abad ke-18, Dinasti Mataram mengalami krisis politik yang menandai awal kemunduran kekuasaan kerajaan Jawa terbesar pasca-Sultan Agung. Setelah wafatnya Sultan Amangkurat I pada 1677, suksesi kerajaan tidak pernah lagi stabil. Pengganti-penggantinya menghadapi gejolak internal yang semakin tajam, ditambah dengan meningkatnya intervensi VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang telah mengakar …

Perlawanan Sultan Agung (Mataram) terhadap VOC tahun 1628–1629

Pada awal abad ke-17, Kesultanan Mataram muncul sebagai kekuatan politik dan militer paling dominan di Pulau Jawa. Di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613–1645), Mataram tidak hanya memperluas wilayah kekuasaannya melalui penaklukan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi juga membangun struktur kekuasaan yang kuat, berlandaskan pada sistem birokrasi, adat Jawa, dan Islam. Mataram …

Perlawanan Maluku 1817: Pattimura Melawan Kolonialisme

Pada awal abad ke-19, Kepulauan Maluku—yang sejak abad ke-16 menjadi incaran berbagai kekuatan kolonial karena kekayaan rempah-rempahnya—mengalami fase transisi kekuasaan yang menentukan nasib rakyatnya. Setelah kehancuran dan pembubaran Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) pada akhir abad ke-18, wilayah Maluku sempat berada di bawah pemerintahan Inggris selama beberapa tahun, sebelum akhirnya dikembalikan …

Perang Banten (1750-an): Konflik Internal dan Intervensi Kolonial

Kesultanan Banten pada abad ke-18 merupakan salah satu kekuatan politik dan ekonomi penting di wilayah barat Nusantara. Sejak abad ke-16, Banten telah tumbuh menjadi kerajaan maritim yang kuat, berperan sebagai pelabuhan utama di ujung barat Pulau Jawa dan penghubung penting antara jalur perdagangan India–Timur Tengah dengan Nusantara dan Tiongkok. Dengan …

Perlawanan Untung Surapati (1683–1706)

Pada akhir abad ke-17, Pulau Jawa memasuki fase baru dalam sejarah politiknya, ditandai oleh melemahnya otoritas kerajaan-kerajaan lokal dan semakin menguatnya dominasi politik serta militer VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Setelah perang-perang istana yang melelahkan dan disintegrasi internal Kesultanan Mataram, banyak bangsawan dan rakyat kecil merasa kehilangan perlindungan politik dan ekonomi …

Perang Makassar (1666–1669) – Sultan Hasanuddin Melawan VOC

Pada abad ke-17, kawasan Nusantara berada dalam era transisi besar dalam peta geopolitik dan ekonomi maritim Asia Tenggara. Di tengah dinamika itu, Kesultanan Gowa, dengan pusat kekuasaan di Makassar, menjelma sebagai salah satu kekuatan maritim terbesar dan paling progresif di wilayah timur Indonesia. Kesultanan ini bukan sekadar kerajaan lokal, melainkan …

Munculnya Surat Kabar, Organisasi Sosial, dan Opini Publik Awal

Awal abad ke-20 menandai periode penting dalam sejarah sosial Hindia Belanda. Masa ini ditandai oleh perubahan sosial yang signifikan, menyusul diterapkannya kebijakan Politik Etis oleh pemerintah kolonial Belanda, yang salah satu pilarnya adalah perluasan akses pendidikan bagi kaum pribumi. Meskipun masih sangat terbatas dan bersifat selektif, kebijakan ini mulai melahirkan …

Bahasa Belanda, Arsitektur Kolonial, dan Perubahan Gaya Hidup

Kolonialisme tidak hanya menjajah wilayah dan kekayaan alam, tetapi juga mengubah lanskap sosial dan budaya masyarakat yang dikuasainya. Dalam konteks Hindia Belanda, pengaruh kolonialisme Belanda tidak sekadar tercermin dalam struktur kekuasaan politik dan ekonomi, tetapi juga dalam bahasa, arsitektur, dan pola hidup sehari-hari masyarakat lokal. Seiring masuknya sistem pendidikan kolonial …